MAUMERE, FLORESPOS.net – Child Fund Swedish Institute memberikan apresiasi kepada puluhan remaja dampingan Flores Children Development (Fren) di Kabupaten Sikka yang melakukan pelbagai inovasi dan kreativitas dalam upaya mencegah dan mengatasi pelbagai masalah lingkungan dan kekerasan terhadap anak di Kabupaten Sikka.
Apresiasi itu disampaikan Coordinator Project Child Fund, Dimas Pandista Nugraha di sela-sela kegiatan advokasi dan diskusi masalah lingkungan dan kekerasan terhadap anak yang diselenggarakan Fren di Gading Beach Maumere, Minggu (19/2/2023).
Hadir dalam kegiatan ini, 27 utusan pelajar SLTA dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Kabupaten Sikka plus 3 utusan dari Kabupaten Flores Timur yang selama ini kelompok dampingan Flores Children Development (Fren) dan mitra Child Fund Swedish Institute.
Para pelajar dan mahasiswa ini mengikuti kegiatan selama tiga hari sejak Jumat (17/2/2023) hingga Minggu (19/2/2023).
Pada hari terakhir kegiatan ini, peserta yang dibagi dalam 10 kelompok dan diberikan penugasan untuk menemukan masalah aktual seputar lingkungan dan masalah sosial/kemanusiaan di sekitaran tempat mereka tinggal berhasil menemukan 10 masalah aktual yang menjadi persoalan untuk terus diadvokasi yakni isu kekerasan terhadap anak, isu stunting, gagal panen, banjir, kekurangan air bersih, kekeringan, putus Sekolah, masalah sampah, dan pemanasan global atau perubahan iklim.
Pantauan media ini, 10 isu aktual di atas dibahas secara serius pada setiap kelompok dengan menemukan akar masalah, kendala yang dihadapi, pihak-pihak yang bermitra dalam mengatasi masalah yang ada, dan tawaran solusi serta ada rekomendasi kepada para pihak penentu kebijakan sebagai untuk diperhatikan ke depannya.
Setiap isu, visi, misi, dan tawaran solusi ditulis pada lembaran kertas buffalo lalu dipresentasikan di hadapan peserta lainnya dengan animo yang sangat tinggi.
Disaksikan media ini, isu kekerasan terhadap anak dipresentasikan oleh Yulita Theresia Mughi, isu stunting dipresentasikan oleh Theresia Resvita, isu gagal panen oleh Theresia Rivandy, isu banjir oleh Gabrielo D.N. Lidi, isu masalah air bersih oleh Theresia Stevanita, isu kekeringan oleh Maria Herliana, isu putus sekolah oleh Maria Selviana, isu pencemaran sampah dan DBD oleh Valentin Da Gama, masalah sampah di di Kota Unengoleh Dinar Rahma Septi Priyani, dan pemanasan Global/perubahan iklim oleh Melfian Leo Age.
Beberapa peserta kegiatan ini di antaranya Maria Herliana, Icha Kristiani, Valda da Gama, Glen, Dominika Rosari Mertino, Maria Elisabeth Nona Veny, Teresia Refista Naga, Apolonia W. Dua Meak, Sesilia Kasiani, Maria Vanesa Maria Laban, Anna Maria Selviana, Yosafat Yerianto, Selviana Ina, Lusia Ase Uran, Virginegerti L.H. Noning, Melvian Leo Age, dan Vicky menyatakan komitmen untuk selalu peduli pada masalah lingkungan, dan masalah kekesaran anak yang menjadi perhatian semua pihak saat ini.
Mereka juga berharap agar aneka isu yang ditemukan peserta bisa menjadi perhatian serius penenntu kebijakan/pemerintah untuk diakomodir dalam kebijakan anggaran ke depannya.
“Semoga pelbagai isu yang kami angkat ini bisa diakomor dalam musrenbang baik di tingkat Dusun, Desa, Kecataman maupun kabupaten,” kata Maria Herliana.
Apresiasi
Melihat tingginya animo dan dinamika para pelajar dan mahasiswa dampingan Fren ini dalam menemukan aneka masalah lingkungan dan kekerasan terhadap anak, serta menggali akar permasalahan dan solusi yang ditawarkan mengundang decak kagum dari Coordinator Project Child Fund, Dimas Pandista Nugraha.
“Saya menyampaikan apresiasi atas partisipasi aktif para siswa dan mahasiswa serta peserta kegiatan ini. Mereka berhasil menemukan dan mendiskusikan aneka persoalan utama yang mereka hadapi seputar masalah lingkungan, dan kekerasna anak. Ini luar biasa,” puji Dimas.
Dimas berharap agar masukan-masukan dari kaum muda bisa diakomodir oleh pemerintah dan bisa didalami dalam tahapan musrenbang, mulai dari tingkat dusun hingga tingkat kabupaten. “Semoga persoalan yang mereka angkat ini bisa diakomodir dalam musrenbang,” kata Dimas.
Sementara Ketua Yayasan Flores Children Development (Fren) Flores, Bona Kowan Kornelis kepada media ini menambahkan pihaknya selama ini mendampingi remaja pada tiga kabupaten yakni Kabupaten Sikka, Flores Timur, dan Kabupaten Ende pada pelbagai isu di antaranya isu perubahan iklim dan kekerasan terhadap anak.*
Penulis Wall Abulat/Editor: Anton harus