RUTENG, FLORESPOS.net – Sesuai dengan data hasil pengukuran Balita di Manggarai, NTT, per periode Agustus tahun lalu, masih terdapat 8.000-an anak yang bermasalah dengan gizinya.
Masalah gizi itu berkaitan dengan stunting (tinggi badan tidak sesuai dengan umur), under weight (berat badan rendah), dan wasting (kondisi anak kurus).
Data yang diperoleh wartawan dari Dinas Kesehatan Manggarai, Senin (6/2/2023) memperlihatkan kondisi Balita di Manggarai yang diukur per Agustus 2022.
Dari data yang ada, terlihat jelas bahwa masih banyak Balita yang bermasalah dengan gizi yang tersebar di pelbagai pelosok kampung baik yang berkategori stunting, under weight maupun wasting.
Totalnya mencapai 8.599 Balita dengan rincian, kategori stunting sebanyak 4.323 anak atau 16,2 persen dari total bayi terukur 26.663 anak, kategori under weight sejumlah 3.384 anak atau 12,7 persen dari total bayi ditimbang, 26.563 anak, , dan kategori wasting sejumlah 902 anak atau 3,4 persen dari total bayi 26.563 anak.
Menurut Kadis Kesehatan Manggarai, Dokter Bartolomeus Hermopan melalui Sekretarisnya Marten Oman, data pengukuran itu masih menjadi acuan hingga sekarang walaupun mungkin sudah ada perkembangan pasca dilakukan pengukuran dan penimbangan berat badan per Agustus 2022 lalu. Mengapa seperti itu?
“Sesuai dengan ketentuannya, dalam setahun hanya dua kali dilakukan pengukuran dan penimbangan Balita, yakni bulan Februari dan Agustus saja,” katanya.
Dikatakan, untuk mengetahui perkembangan Balita yang bermasalah dengan gizi itu dari Agustus hingga Januari 2023 baru akan diketahui setelah Februari ini. Karena pengukuran pertama tahun ini sesuai jadwalnya bulan ini.
Harapannya, demikian Sekretaris Marten, ada perkembangan yang baik dalam beberapa bulan terakhir ini. Karena sudah pasti penanganan program mengatasi persoalan gizi tetap dilaksanakan secara baik. Programnya tetap dilaksanakan selama ini.
Sebelumnya, seorang warga Kota Ruteng, Yohanes Sandu mengatakan, masalah gizi anak kiranya menjadi perhatian serius, tidak saja pemerintah, lembaga-lembaga, masyarakat, dan juga keluarga-keluarga, terutama para orang tua karena berkaitan dengan sumber daya masa depan.
“Orang tua anak tidak boleh pasrah dengan keadaan. Tetapi, harus berjuang untuk memberikan asupan gizi yang baik sejak dalam kandungan agar anak sehat. Tidak bisa hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah saja,”katanya. *
Penulis: Christo Lawudin / Editor: Anton Harus