MBAY, FLORESPOS.net-Hujan lebat mengguyur Kecamatan Aesesa, Jumat (3/2/2023), menyebabkan banjir bandang dan sejumlah fasilitas umum rusak parah.
Salah satunya, jembatan saluran pembuangan (SP) di Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa, Provinsi NTT, putus total.
Akibat jebolnya Jembatan SP yang merupakan akses utama masyarakat Aeramo menuju sawah, Desa Nangadhero dan Pelabuhan Marapokot terputus dan tidak bisa dilalui.
Wakil Ketua DPRD Nagekeo, Yosefus Dhenga mengatakan jalur itu merupakan akses utama roda perekonomian para petani di Desa Aeramo dan sekitarnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Nagekeo agar segera membuat jalur alternatif. Sehingga akses tersebut bisa kembali digunakan masyarakat.
“Saya minta Pemda Nagekeo komunikasi dengan Pemerintah Provinsi NTT. Jangan tunggu lama-lama lagi. Kalau bisa hari ini buatkan jembatan alternatif. Kalau tidak roda perekonomian petani di 3 desa yakni Aeramo, Nangadhero, Marapokot dan sekitarnya bisa lumpuh,” kata Yos Dhenga menjawab Florespos.net, Sabtu (4/2/2023).
Sudah Komunikasi ke Provinsi
Terkait putusnya jembatan tersebut, Kepala Dinas PUPR Nagekeo melalui, Anselmus Mere mengatakan, jembatan tersebut merupakan tanggungjawab Pemerintah Provinsi NTT.
“Jembatan itu merupakan tanggungjawab Provinsi NTT. Dan kita sudah melaporkan kejadian itu. Orang Dinas PUPR NTT telah merespons dan ada utusan konsultan ke lokasi hari ini Sabtu (4/2/2023),” kata Ansel yang di konfirmasi Florespos.net melalui telepon genggamnya, Sabtu (4/2/2023).
Ansel mengatakan, berdasarkan komunikasi dengan Dinas PUPR Provinsi NTT, pihaknya, Sabtu bersama dengan konsultan dari Pemerintah Provinsi meninjau lokasi tersebut.
Untuk antisipasi jangka pendek agar masyarakat bisa melintas, kata Ansel, pihaknya akan bersama BPBD Nagekeo melakukan kajian dan membuat rancangan anggaran biaya untuk membuat jembatan darurat.
“Antisipasi itu kita akan lakukan kajian dan RAB bersama dinas BPBD agar bisa buat semacam jembatan darurat,” ujarnya.
Disaksikan Florespos.net, Sabtu (4/2/2023), di lokasi tampaknya masyarakat menggunakan balok kelapa sebanyak dua batang untuk bisa melintas. Hal ini sangat rawan dengan kecelakaan.
Sementara dari dinas terkait belum memasang tanda larang atau semacam rambu-rambu agar masyarakat melintasi jalur tesebut harus ekstra hati-hati.
Pasalnya, jembatan SP yang di bangun puluhan tahun itu, tidak mengguna beton. Hanya murni dari campuran. Bagian dasar air sudah tergantung. Sehingga besar kemungkinan akan runtuh lagi karena tergerus air. *
Penulis: Arkadius Togo / Editor: Anton Harus