LABUAN BAJO, FLORESPOS.net – Tu’a Gendang (fungsionaris adat) Watu Weri, Desa Repi, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Bonevasius Jumor berpendapat sebaiknya semua tanaman pisang di daerah itu yang terindikasi terkena penyakit darah atau layu bakteri dibasmi total.
Alasannya, kata Jumor, obat kimia untuk mematikan penyakit tersebut (layu bakteri) belum ada, kecuali tindakan preventif, gerakan pengendalian (Gerdal). Di sisi lain, tindakan pengendalian/prefentif dipandangnya rumit.
“Potong semua saja. Rumit cara-cara begini,” ungkap Jumor disela-sela Gerdal penyakit darah/layu bakteri tingkat Desa Repi baru-baru ini. Gerdal tersebut terpusat di Lingko Dewo Kaka-Desa Repi.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Mabar, Laurensius Halu ketika itu mengatakan, penyakit darah atau layu bakteri sudah mewabahi Flores, dari Flores Timur hingga di Mabar sini, termasuk di Desa Repi.
Sampai saat ini obat untuk mengatasi penyakit darah pada pisang atau layu bakteri belum ada, kecuali tindakan preventif. Untuk itu sangat dibutuhkan kerjasama semua stake holder, gotong royong lakukan tindakan preventif/ pengendalian untuk memotong laju tular wabah satu ini, yaitu kerja sama pemerintah, tu’a adat dan lain sebaginya, ungkap Kadis Halu.
Vitalis Anselmus Syukur, Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman/Pengamat Hama dan Penyakit Dinas TPHP Mabar di kesempatan sama mempraktikan pengendalian layu bakteri/penyakit darah pisang dengan cara injeksi menggunakan minyak tanah, buat parit di sekeliling pohon/rumpun pisang kemudian disiram penuh dengan arang sekam, disamping membasmi/memusnahkan tanaman pisang yang terindikasi kena penyakit darah/layu bakteri.
Dilansir media ini sebelumnya, Tu’a Gendang Watu Weri pimpin pemusnahan pisang layu bakteri di Repi. *
Penulis: Andre Durung/Editor: Anton Harus