MBAY, FLORESPOS.net-Babi bantuan diduga bersumber dari dana APBN yang disalurkan melalui Satker Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Denpasar untuk Kabupaten Ende nyasar ke Kelurahan Maupongo, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT.
Empat ekor babi yang nyasar di Mauponggo itu akhirnya mati. Teryata di cek Dinas Peternakan Kabupaten Nagekeo, diduga babi itu sudah terkena virus ASF.
“Ia benar pak. Berdasarkan laporan tim di lapangan menemukan empat ekor babi dari luar yang masuk di Kelurahan Mauponggo beberapa pekan lalu. Babi itu diduga sudah kena virus ASF,” kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nagekeo, Clementina Dawo yang di konfirmasi Florespos.net, Senin (30/1/2023) pukul 22.00 Wita.
Tin menjelaskan, berdasarkan laporan tim di lapangan pihaknya menemukan empat ekor babi dari luar yang masuk ke Mauponggo. Berdasarkan hasil wawancara tim di lapangan empat ekor babi itu katanya bantuan untuk Kabupaten Ende.
Berdasarkan kronologis, jelas Tin, empat ekor babi itu dalam keadaan lemas maka Mus, orang yang mengadakan babi tersebut menititipkan pada saudaranya bernama Alex Rasi di Kelurahan Mauponggo untuk dipelihara.
“Dari hasil wawancara tim, empat ekor babi itu ternyata babi itu mati. Dan ketika kita cek empat ekor babi itu diduga sudah terjangkit virus ASF,” katanya.
Menurutnya, empat ekor babi masuk ke Kabupaten Nagekeo sebelum dikeluarkan edaran terkait larangan babi dari luar masuk ke Kabupaten Nagekeo.
“Empat ekor babi itu masuk ke Nagekeo sebelum kita keluarkan surat tentang larangan babi dari luar masuk ke Nagekeo,” ujarnya.
Tolak Babi dari luar
Tin menegaskan, pihaknya memutuskan tidak menerima bantuan ternak babi karena beberapa kabupaten di NTT sudah terpampar virus ASF.
“Kita menolak babi dari luar untuk menyelamatkan ribuan ternak babi lokal kita di Nagekeo ini,” katanya.
Ia menambahkan, Pemerintah Kabupaten Nagekeo kini memperketat pengawasan keluar masuk ternak, termasuk makanan hasil olahan dari babi.
“Kita juga sudah keluarkan pengumuman dan imbaun kepada masyarakat agar tetap waspada dan menerapkan biosecurity kandang ternak babi,” imbuhnya.*
Penulis: Arkadius Togo / Editor: Anton Harus