LABUAN BAJO, FLORESPOS.net – Fenomena hama padi, layu bakteri/penyakit darah pada pisang, dan virus babi (ASF) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) belakangan, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) sangat mengancam perekonomian masyarakat.
Namun patut disyukuri masih banyak lahan kosong yang ada di masyarakat Mabar yang harus dikelola Hanya tantangan terbesarnya yakni membangun pola pikir masyarakat. Masyarakat cendrung konsumtif. Karena itu perlu membangun budaya produktif.
Demikian pandangan Camat Sano Nggoang, Alfons Arfon via WA yang diterima Florespos.net di Labuan Baru-baru ini.
Menurut Camat Arfon, membangun budaya produktif salah satunya melalui gerakan pemanfaatan lahan kosong. Jika padi terserang hama, pisang terserang bakteri, babi mati karena virus, maka yang bisa dilakukan masyarakat Mabar, tidak terkecuali di Sano Nggoang ialah gerakan pemanfaatan lahan kosong.
Pada lahan-lahan kosong itu, terang Camat Arfon, bisa tanam beragam pangan. Di antaranya aneka ubi, wortel, bawang, sayur-sayuran, dan lain-lain. Juga buat kandang ternak seperti ternak bebek, ayam, buat kolam ikan, dan sebagainya.
“Tanpa mengesampingkan yang lain, bebek dan ayam kampung alternatif membantu masyarakat. Itu bisa hasilkan daging dan telur. Dari situ bisa dapat uang,” ungkap Camat Arfon.
Selama ini, masih Camat Arfon, banyak telur di Mabar didatangkan dari luar. Kalau ini diusahakan serius oleh masyarakat Mabar, itu bisa memenuhi kebutuhan lokal.
Pemanfaatan lahan kosong tidak selalu identik dengan tanaman pertanian/perkebunan, tetapi juga untuk peternakan.
“Kalau pemanfaatan lahan kosong dilakukan melalui sebuah gerakan, maka kita optimis ekonomi masyarakat semakin kuat,” tulis Camat Arfon. *
Penulis:Andre Durung/Editor: Anton Harus