MENIKMATI keindahan alam Indonesia tidak hanya cukup dengan membaca buku catatan perjalanan wisata atau melihat di media sosial. Kita perlu lebih mendekatkan diri dengan alam, menyaksikan dengan kasat mata, dan merasakan kehangatannya.
Indonesia dianugerahi pemandangan alam yang luar bisa. Indonesia bagian timur salah satunya. Pemandangan alamnya begitu indah dan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Keindahan alam di Indonesia Timur tidak kalah menarik dengan daerah lainnya. Banyak tempat wisata alam yang sedang gencar dipromosikan oleh Pemerintah Daerah setempat.
Nusa Tenggara Timur (NTT) juga menyajikan keindahan alam eksotik dan masih banyak keindahan yang tersembunyi. Belum banyak yang menjelajahi keindahan beberapa pulau di propinsi yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste tersebut.
Ada beberapa pulau di NTT yang menyimpan keindahan alam yang masih belum diketahui kebanyakan wisatawan. Pulau Flores, salah satunya. Selain Labuhan Bajo yang sudah dikenal luas sebagai destinasi super premium, ada juga beberapa gunung dan bukit yang cukup menggundang decak kagum.
Gunung Inerie misalnya. Menjulang tinggi menyerupai piramida, kokoh berdiri dan menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Letaknya tidak jauh dari kota Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi NTT.
Pada penghujung tahun 2022, beberapa orang dari tim “Entah Kemana” berkesempatan mengunjungi gunung Inerie. Gunung dengan ketinggian 2.245 Mdpl.
Dari Kota Bajawa, wisatawan menuju ke arah selatan menuju Kampung Adat Bena. Ada beberapa pilihan transportasi yang bisa digunakan untuk mencapai starting poin pendakian. Wisatawan bisa menggunakan kendaraan umum, travel, atau menggunakan ojek.
Semua sarana transportasi tersebut dipesan langsung di lokasi, karena belum menggunakan aplikasi pemesanan kendaraan layaknya di kota besar. Tarif kendaraan umum atau travel maupun ojek berfariasi. Jasa travel berkisar Rp 100.000-150.000, sedangkan jasa ojek dikenakan tarif berkisar Rp. 50.000–100.00.
Akses jalan menuju starting point pendakian cukup bagus, meski pun masih ada beberapa titik yang aspalnya mulai terkikis. Menempuh perjalanan dari pusat Kota Bajawa selama 45 menit melewati beberapa pemukiman warga sampai akhirnya tiba di view point gunung Inerie. Manulalu, begitulah warga lokal memberinya nama.
Di tempat ini, ada penginapan, café dan restoran yang didekorasi dengan unik. Poster-poster Bob Marley menghiasi dinding kafe di kaki gunung Inerie tersebut. Rupanya pemilik café penggemar berat legenda music reggae Bom Marley.
Penginapan Manulalu menyediakan fasilitas kamar dengan tarif standard dan juga VIP. Wisatawan bisa menyesuaikan dengan budget yang disediakan. Dari penginapan Manulalu wisatawan bisa langsung menikmati indahnya gunung Inerie yang menjulang tinggi yang terkandang bertopikan awan.
Bagi wisatawan yang hendak melakukan pendakian, disarankan untuk memulai di pukul 02.00 dini hari. Disarankan juga, menggunakan jasa guide karena tracknya yang sulit dan sering terjadi badai secara tiba-tiba.
Rombongan kecil dari tim Entah Kemana memulai pendakian menuju puncak Inerie pada tanggal 27 Desember 2022 pukul 02.00 dini hari. Dua warga lokal memandu kami menelusuri jalur pendakian. Perjalanan malam di gunung yang belum pernah didaki sebelumnya, lebih aman menggunakan jasa pemandu agar tidak tersesat atau salah jalan. Tarif untuk sewa pemandu lokal Rp 500.000/hari.
Sebagai warga lokal sekaligus pemandu pendakian, Erdus dan Rehan telah terbiasa dengan jalur pendakian di gunung yang menjadi kebanggaan masyarakat Langa, Watumeze dan sekitarnya. Mereka membawa kami menyusuri malam, menapaki jalan setapak yang dipagari pohon Kayu Putih yang tumbuh dan mendiami area sekitar kaki gunung Inerie. Deretan pohon kayu putih di kaki gunung ini, masuk dalam perlindungan perhutani.
Jalur dari starting point menuju post 1 didominasi track yang agak landai. Aroma Kayu Putih menjadi teman perjalanan setiap pendaki yang melintasi area ini. Pendaki hanya boleh menikmati aroma khas Kayu Putih, tidak boleh mengambil atau merusaknya. Perjalanan menuju post 1 ditempuh dengan waktu 1 jam perjalanan.
Selepas post 1, pendaki akan dimanjakan dengan hamparan savanna yang membentang di sepanjang punggungan bukit di sisi kiri-kanan track. Ketika malam, lampu-lampu yang menerangi perkampungan sekitar kaki gunung pun nampak indah terlihat di kegelapan malam.
Tentang gambaran track dari post 1 menuju post 2 jangan kau tanya lagi… hehehe.. tanjakan dengan sudut elevasi yang tajam menjadi teman pendakianmu. Tidak perlu mengutuk atau menggerutu, nikmati saja setiap hentakan langkah dan tarikan nafas. Udara malam yang dingin tak mau ketinggalan cerita, hembusan angin seakan berlomba menembus lapisan jacket setiap pendaki.
Satu jam perjalanan yang harus ditempuh agar bisa menginjakan kaki di post 3. Tidak ada shelter atau tulisan penanda post. Tidak perlu khwatir tentang itu, para pemandu sudah katam dengan jalur Inerie. Mereka sudah menandai pohon atau batu yang menjadi post pemberhentian.
Erdus dan Rehan terus membawa kami melewati setiap tanjakan. Track berpasir menjadi menu dari post 3 sampai post 4. Siapkan fisik dan stamina yang prima. Siapkan juga makanan ringan sebagai bekal perjalanan. Air mineral juga wajib disertakan karena tidak ada mata air sepanjang jalur. Sediakan logistik secukupnya saja karena pendakian gunung Inerie tidak disarankan untuk menginap. Hanya bisa naik dan langsung turun atau istilah sekarang adalah Tektok.
Melintasi jalur berpasir harus extra hati-hati. Jangan menginjakan kaki di bebatuan lepas karena batunya tidak kokoh dan mudah mengelinding, yang bisa membahayakan pendaki yang ada dibelakang kita. Hal ini juga berlaku untuk semua gunung, pendaki diingatkan untuk tidak menapakan kaki di bebatuan lepas.
Ketika melakukan pendakian gunung yang karakteristiknya berpasir, pendaki disarankan untuk menggunakan gaither untuk menutupi sepatu agar tidak kemasukan pasir ataupun kerikil. Kalau kerikil sudah menyelinap di sepatu sudah dipastikan kaki kita tidak akan nyaman ketika berpijak. Track yang nanjak dan udara yang dingin membuat kita kesulitan untuk membuka sepatu membersihkan pasir atau kerikil yang masuk. Waktu tempuh untuk bisa mencapai post 4, sekitar 1.5 jam perjalanan.
Tanah lapang seukuran tenda pendakian menjadi titik pemberhentian di post 4. Tidak ada pepohonan yang tumbuh, hanya ada tumbuhan-tumbuhan endemic yang menjadi ciri khas gunung Inerie, nampak anggun diselimuti embun. Warga lokal menyebutnya Wonga sese.
Di tempat ini pula bersemayam Jaramasi. Beberapa batu disusun sebagai penanda. “Warga setempat meyakini bahwa Jaramasi sebagai penjaga gunung Inerie” cerita Erdus yang mengantarkan kami. Setiap gunung memiliki cerita dan kearifan lokal yang harus kita hormati dan jaga.
Jalur pendakian menuju puncak mulai didominasi dengan bebatuaan kecil dan tanahnya mulai padat. Angin berhembus semakin kencang. Kabut menemani perjalanan kami menuju puncak. Fajar pun nampak malu-malu menampakan wajahnya dari balik horizon sisi timur. Angin menyambut kehadiran kami di titik tertinggi pulau Flores. “Tidak ada gunung yang terlalu tinggi untuk didaki” untaian kalimat yang dilukiskan di tugu yang berdiri di ketinggian 2.245 mdpl.
Pelangi menampakan keindahannya diatas langit Inerie, pagi itu. Lukisan alam yang menyempurnakan perjalanan akhir tahun tim kecil dari Entah Kemana. Dari puncak Inerie, kita bisa menikmati deretan perbukitan hujau di sisi utara, di sisi timur kita bisa melihat gunung Ebulobo yang berdiri kokoh. Dari arah utara pemandangan Kota Bajawa tampak nyata.
Angin masih berhembus kencang dan kami pun tidak ingin berlama-lama di puncak. Sudah cukup puas menikmati keindahan puncak gunung dan panorama sekitarnya, kami bergegas turun. Isti dan Kefas berada paling depan, meniti langkah menuruni puncak gunung kebanggaan masyarakat Kabupaten Ngada.
Berjalan melipir di bibir kawah gunung yang pernah meletus tahun 1970 ini, harus berhati-hati. Jangan sampai kehilangan konsentrasi. Meskipun kontur tanahnya padat, tetapi ada beberapa batu lepas, yang kalau diinjak akan mengelinding menuju kaki gunung.
Di gunung ini, jalur naik dan jalur turun berbeda. Ketika turun kita memilih turun melewati track berpasir sampai ke post 1. Menuruni jalur berpasir teringat ketika melakukan pendakian di gunung Semeru. Track dan tingkat kesulitannya hampir sama.
Meski melewati jalur yang empuk karena pasirnya halus, pendaki tetap harus berhati-hati. Kalau fisik sudah sangat lelah prosotan di jalur pasir bisa menjadi alternative.. hehehe. Dua jam perjalanan dibutuhkan untuk sampai di post 1. Savanna di kaki gunung mengudang decak kagum kepada siapa saja yang melakukan pendakian ke Inerie.
Selepas savanna, tim kembali menyusuri hutan kayu putih dan menikmati aroma khasnya. Erdus dan Rehan mengantarkan kami kembali ke starting point. Dari starting point sebelum kembali ke penginapan, wisatawan bisa mampir ke kafe Manulalu. Disana tersedia beberapa menu makanan dan juga minuman khas masyarakat setempat. Dari kafe ini, wisatawan bisa menikmati gunung Inerie yang berdiri kokoh.
Sunguh Inerie menggoreskan kenangan yang mendalam di penghujung tahun. Keindahan dan kharismanya memikat siapa saja yang sungguh mencintai alam.*
Penulis: Abraham Sunarno, Tinggal di Brebes-Jawa Tengah
Editor: Wentho Eliando