RUTENG, FLORESPOS.net-Uskup Ruteng, Mgr. Sipri Hormat secara terbuka dan transparan menyatakan bahwa gereja telah terlibat dan bergulat dalam kehidupan nyata umat dan masyarakat bukan baru sekarang, melainkan sejak para misionaris masuk bumi Nuca Lale.
Uskup Sipri, seperti data dan informasi yang diperoleh wartawan dari Komsos Puspas Keuskupan Ruteng, Senin (16/1/2023) menyatakan itu dalam arahan khususnya pada sidang pastoral post Natal 2022, pekan lalu.
Uskup Sipri mengatakan, keterlibatan gereja dalam pengembangan dan penguatan sosial ekonomi sudah dimulai sejak gereja berada di bumi Nuca Lale. Para misionaris hadir tidak saja mewartakan kerajaan Allah dalam kata-kata.
“Tetapi, juga dalam karya nyata di tengah masyarakat. Karya nyata dalam hal karitarif dan diakonia transformatif,”katanya.
Dikatakan, sejak saat itu, gereja aktif dan kreatif untuk turut membantu membangun sarana dan prasarana umum seperti jalan, jembatan, air minum bersih, irigasi, sarana dan fasilitas kesehatan, mendukung membangun bidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan lain-lain.
Lalu, tidak kalah penting aktif mendirikan sekolah-sekolah dan menyelenggarakan pendidikan di bumi Nuca Lale. Karya bidang pendidikan terus berlanjut hingga sekarang ini.
Menurutnya, aneka karya sosial ekonomi gereja itu tidak saja karena tuntutan untuk mengatasi kondisi ekonomi umat yang miskin, tetapi merupakan wujud nyata hakikat dan tugas perutusan gereja, yakni mewartakan kabar baik dan membebaskan orang miskin, sengsara, dan sakit.
Dalam konteks pengembangan ekonomi, demikian Uskup Sipri, kompetensi utama gereja adalah kompetensi etis. Gereja berkapabilitas dan berkewajiban menilai dan menuntun aktivitas dan proses ekonomi yang selaras dengan nilai-nilai Injil seperti kesejahteraan umum, martabat pribadi manusia, solidaritas, universalitas harta benda, dan mendahulukan yang miskin dan subsidiaritas.
Lalu, gereja juga memiliki kompetensi spiritual. Kehidupan manusia dan kesejahteraannya tidak saja oleh terpenuhinya kebutuhan jasmaninya. Ketercukupan materi tidak bisa memberikan kepuasan sejati kepada manusia. Orang baru dapat kedamaian dan kebahagian sejati hanya dalam persatuan dengan Allah.
“Selain itu, gereja juga punya kompetensi dalam hal diakonia dalam bidang ekonomi. Gereja berkapabilitas untuk mendampingi kelompok ekonomi rentan agar bisa mandiri dan hidupnya menjadi lebih baik,” katanya.
Sebelumnya Romo Erik Ratu Pr, mengatakan, Uskup Sipri juga menyentil pernyataan Paus Yoseph Kardinal Ratzinger (Paus Benediktus XVI) dalam seminar tentang gereja dan ekonomi di Vatikan tahun 1986.
“Paus menegaskan, ekonomi tanpa etos bakal jatuh dalam khaos dan etika tanpa kompetensi ekonomi bakal terjerumus dalam moralisme. Ekonomi dan etos itu sejatinya saling membutuhkan dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi setiap dan semua orang,” katanya.*
Penulis: Christo Lawudin / Editor: Wentho Eliando