RUTENG, FLORESPOS.net-Kabupaten Manggarai memiliki lapangan pacuan kuda yang tanah dan pembangunannya menghabiskan anggaran daerah. Tetapi, sarana dan fasilitas itu dibangun untuk tidak digunakan.
Pantauan wartawan, Jumat (9/12/2022), kondisinya sudah tidak berbentuk karena area pacuan sudah ditumbuhi rerumputan. Pada beberapa tempat dalam area itu telah dibelah untuk mengalirkan air sawah warga sekitar.
Bangunan untuk panggung lebih buruk. Area sekitarnya telah ditumbuhi belukar.
Bangunan yang tidak terawat dijadikan warga sekitar tempat mengirik padi saat musim panen. Parahnya kondisi lapangan pacuan kuda akibat tidak pernah digunakan sejak dibangun beberapa tahun lalu.
Seorang warga, Mus Ranu mengatakan, area pacuan kuda memang tidak terawat sejak lama. Sebabnya, sarana dan fasilitas publik ini tidak pernah digunakan sejak dibangun empat atau lima tahun lalu.
“Faktanya seperti itu. Sarana dan fasilitas publik hancur dan telantar akibat tidak pernah digunakan,” katanya.
Dikatakan, kalau tidak digunakan untuk apa dibangun? Apakah tidak melalui kajian dari pemerintah untuk mengadakan lapangan pacuan kuda ini. Mungkin karena minim kajian, lapangan pacuan ini tidak dimanfaatkan.
Menurutnya, kesannya asal bangun saja. Tandanya usai dibangun dilepas. Uji coba kuda lari tidak pernah. Apalagi, kejuaraan pacuan kuda yang dulu sering diadakan di lapangan Karot, Ruteng dan Reo.
Rekannya Nadus Tau mengatakan, pacuan kuda sebetulnya sudah menjadi budaya di Manggarai. Dahulu lomba pacuan kuda di Ruteng bisa setiap minggu sehingga memacu motivasi warga untuk memelihara kuda.
“Sekarang sudah tidak ada lagi ajang hiburan rakyat. Sudah ditelan kemajuan zaman. Untuk lomba setahun sekali saja tidak ada. Sedih betul rasanya ini,” katanya.*
Penulis: Christo Lawudin / Editor: Anton Harus