Memerangi HIV/AIDS

- Jurnalis

Sabtu, 3 Desember 2022 - 09:54 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frans Obon

Frans Obon

Oleh: Frans Obon

Pemimpin Umum Flores Pos Net

DATA yang diperlihatkan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Flores Timur memberikan kita fenomena gunung es, yang tampaknya baik-baik saja di atas permukaan tetapi di bawah permukaan gunung es menumpuk dan terus meningkat angka pengidap HIV/AIDS.

Menurut data KPA Flores Timur, hingga Maret 2022 tercatat 417 kasus atau orang dengan HIV/AIDS yang terdiri dari 86 kasus HIV dan 331 kasus AIDS. Dalam periode tahun 1997-Maret 2022:  meninggal dunia 151 orang, hidup 226 orang, rujuk keluar 34 orang, berobat 20 orang, ARV 170 orang, rujuk masuk 6 orang, abu-abu/tidak jelas 36 orang.

Triwulan pertama tahun 2022 ditemukan 14 kasus dengan rincian 7 kasus HIV dan 7 kasus AIDS. Dari 14 kasus itu,  3 orang ibu hamil positif HIV yang merupakan hasil diagnosa kegiatan posyandu 22 Februari 2022, satu orang ibu hamil hasil diagnosa kegiatan posyandu 24 Februari 2022, dan satu lagi ibu hamil hasil diagnosa kegiatan posyandu 2 Maret 2023.

Data lain yang diperlihatkan KPA Flores Timur adalah kasus HIV/AIDS hampir merata ditemukan di setiap kecamatan dan penderitanya berasal dari beragam profesi dan latarbelakang.

Jumlah kasus yang cenderung naik tersebut mengkhawatirkan. Tetapi juga sekaligus mendorong kita untuk melakukan berbagai upaya mencegah dan mengatasi persoalan yang ada. Apa yang dapat kita lakukan?

Pertama, sosialisasi mengenai bahaya HIV/AIDS dan bagaimana kita mencegahnya. Pembentukan Kelompok Warga Peduli  AIDS (WPA) di kelurahan dan desa yang dilakukan KPA Flores Timur, misalnya, merupakan langkah pertama namun sekaligus langkah yang tepat. Masyarakat perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai HIV/AIDS. Dengan pemahaman dan pengetahuan yang memadai, masyarakat kita bisa melakukan pencegahan.

Baca Juga :  Koperasi Perkokoh Ekonomi Bangsa

Sebagian besar masyarakat kita masih menganggap HIV/AIDS sebagai sebuah aib karena terkait dengan moralitas seksual yang buruk. Itulah sebabnya sebagian besar masyarakat kita yang mengidap HIV/AIDS merasa malu.

Masyarakat kita masih terperangkap dalam cara memandang persoalan yang ada dari sudut budaya dan tradisi. Oleh karena itu dengan pemahaman dan pengetahuan yang benar, masyarakat kita bisa mengubah cara pandangnya bahwa HIV/AIDS adalah juga telah menjadi persoalan seperti berbagai macam penyakit lainnya.

Kedua, sosialisasi juga mesti dilakukan di sekolah-sekolah. Sejak di bangku pendidikan, anak-anak kita harus dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai HIV/AIDS.

Perkembangan media sosial dan kemajuan teknologi digital yang pesat di satu sisi dan di sisi lain rendahnya tingkat kecerdasan bermedia sosial terutama dalam hal menerima informasi yang ada melalui media sosial harus pula menjadi sumber kecemasan kita bersama.

Anak-anak kita di bangku pendidikan baik pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi perlu memiliki pemahaman dan pengetahuan yang cukup mengenai HIV/AIDS.

Bersamaan dengan pemahaman dan pengetahuan mengenai HIV/AIDS, anak-anak kita juga harus dibekali dengan pemahaman mengenai kebebasan yang bertanggung jawab.

Baca Juga :  Dirgahayu Obor Mas Emas

Kita memiliki kebebasan namun kebebasan tersebut harus disertai dengan tanggung jawab. Zaman telah mengubah pola pendidikan baik di rumah maupun di lembaga pendidikan.

Kondisi sosial budaya yang berubah begitu cepat telah menempatkan masyarakat kita dalam situasi anomi. Maka kita tidak boleh kalah cepat dalam menyikapi perubahan zaman.

Ketiga, pengetahuan dan pemahaman mengenai HIV/AIDS harus masuk dalam materi kursus persiapan perkawinan dan pembinaan keluarga muda. Keluarga bertanggung jawab melahirkan generasi berikutnya yang bermutu.

Begitu pentingnya institusi keluarga mengharuskan kita untuk membentengi keluarga kita dari bahaya HIV/AIDS. Ibu hamil yang menderita HIV harus menjadi keprihatinan kita. Beban ekonomi keluarga menjadi dobel. Ibunya menderita HIV dan ada kemungkinan anaknya juga tertular.

Keluarga-keluarga pengidap HIV/AIDS memiliki beban ekonomis di mana tingkat produktivitas kerja menjadi menurun. Sebab HIV/AIDS menyerang imunitas tubuh penderita dan sudah pasti produktivitas kerja menurun.

Dampak negatifnya adalah pendapatan keluarga menurun. Hal ini sudah pasti juga memperburuk kondisi ekonomi keluarga.

Kompleksitas masalahnya berdampak dan merambat ke berbagai sendi kehidupan. Oleh karena itu kita perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mencegah bahaya HIV/AIDS.

Persoalan ini harus diperangi bersama dan paling utama adalah menjadi persoalan kita bersama sehingga setiap pemangku kepentingan mengambil langkah-langkah yang diperlukan.*

Berita Terkait

Koperasi Perkokoh Ekonomi Bangsa
Pariwisata Perkokoh Ekonomi Bangsa
Dirgahayu Obor Mas Emas
Butuh Sinergitas Berdayakan Pantura Flores
Fungsi Kontrol Pers
Bambu Menjaga Ekosistem
Berita ini 36 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 14 Januari 2023 - 09:49 WITA

Koperasi Perkokoh Ekonomi Bangsa

Jumat, 13 Januari 2023 - 08:06 WITA

Pariwisata Perkokoh Ekonomi Bangsa

Kamis, 8 Desember 2022 - 16:24 WITA

Dirgahayu Obor Mas Emas

Sabtu, 3 Desember 2022 - 09:54 WITA

Memerangi HIV/AIDS

Sabtu, 3 Desember 2022 - 09:30 WITA

Butuh Sinergitas Berdayakan Pantura Flores

Berita Terbaru