ENDE, FLORESPOS.net-Virus African Swine Fever (ASF) terdeteksi dan mulai mewabah di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Virus ASF diketahui sudah masuk di daerah ini dari hasil pemeriksaan sampel babi bantuan Kementrian Pertanian yang disalurkan oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Denpasar ke dua kelompok di Kota Ende.
Dari tiga sampel organ dan darah yang dikirimkan ke Balai Besar Veteriner (BB.vet) hasilnya positif ASF. Hasil sampel itu diterima Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende pada Kamis (26/1/2023) lalu.
Setelah mengetahui hasil itu Pemkab Ende belum mengambil langka tegas menutup wilayah ini dari lalu lintas ternak babi maupun daging babi olahan dari luar yang masuk di daerah ini serta memperketat pengawasan di daerah perbatasan.
Virus ASF pertama masuk di Flores mulai terdeteksi di Kabupaten Flores Timur menyusul Kabupaten Sikka. Virus ASF di dua Kabupaten tersebut juga ditemukan pada ternak babi bantuan dari pemerintah.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Ende, dokter hewan Zaid Karim Johar saat konferensi pers, Senin (30/1/2023) sore di Aula Kantor Bupati Ende mengatakan melihat fenomena virus ASF yang kembali mewabah di Flores maka Pemkab Ende akan menutup wilayah ini dari lalu lintas ternak babi dan daging olahan dari luar yang masuk di daerah ini.
“Pemkab Ende akan keluarkan larangan melalui instruksi bupati menutup lalu lintas babi dan daging olahan dari babi yang masuk di Ende. Instruksi itu akan dikeluarkan pada besok, (Selasa 31/1/2023),” katanya.
Dokter Zaid mengatakan bahwa babi bantuan yang diterima oleh dua kelompok di Ende sebanyak 40 ekor. Saat ini semuanya sudah mati dan positif ASF dan
sebagian babi bantuan yang mati di tangan penerima itu dibagikan ke tetangga dan keluarga lalu dikonsumsi.
Dikatakannya bahwa kondisi ini sangat memudahkan penyeberan virus ASF di Ende karena virus itu menyebar melalui hewan, barang dan orang (HBO).
Menyikapi fenomena ini Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende menerjunkan tim untuk memantau ternak babi lokal di Ende. Hingga saat ini terpantau ada babi lokal yang terlihat mulai sakit dan mengalami gejala seperti ASF.
Dokter Zaid mengatakan virus ASF itu belum ada obat atau anti virusnya dan Ende pernah diserang virus pada dua tahun lalu. Untuk melakukan pencegahan dan membentengi wilayah masing- masing maka peternak babi perlu menerapkan biosecurity.
“Tidak ada obat yang digunakan jadi penangkal virus ini maka kita perlu lakukan biosecurity di wilayah dan khusus di kandang ternak,” katanya.
Warga Ende, Agustinus Jiba mengatakan bahwa kebijakan melarang lalu lintas ternak babi ke Kabupaten Ende sudah terlambat karena ASF sudah masuk di daerah ini.
“Daging babi bantuan kemarin itu ada yang dikonsumsi oleh warga dan peternak sendiri. Ini yang akan menjadi masalah dan akan menyebarkan virus,” katanya.
Peternak babi mengharapkan agar pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende mendistribusikan cairan disinfektan kepada peternak untuk melakukan pencegahan.*
Penulis: Willy Aran / Editor: Wentho Eliando