ENDE, FLORESPOS.net – Dua kelompok penerima bantuan ternak babi yang bersumber dari dana APBN yang disalurkan melalui Satker Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) yaitu kelompok Pemuda Kepi Kelurahan Onekore dan Kali Mati Bersatu di Kelurahan Kelimutu kini hanya gigit jari.
Pasalnya babi bantuan dari pemerintah itu kini hanya satu ekor yang hidup. Sebagiannya mati saat baru tiba di Kota Ende dan masih dalam masa garansi.
Diketahui bantuan ternak dari pemerintah dikirim dari Kota Kupang dan tiba di Ende pada tanggal 12 Januari 2023 lalu. Ternak babi itu diberikan kepada dua kelompok penerima yaitu Pemuda Kepi sebanyak 25 ekor dan Kali Mati bersatu 15 ekor.
Saat turun dari kapal kondisi babi sudah lemas dan tidak layak dipelihara. Sebagian besar babi bantuan itu mati saat baru satu dua hari di tangan kelompok penerima.
Ketua Kelompok Pemuda Kepi Onekore, Kecamatan Ende Tengah, Lasarus Wonga kepada Florespos.net, Kamis (26/1/2023) mengatakan, kelompok Pemuda Kepi dibentuk pada tahun 2019 lalu dan baru mendapatkan bantuan ternak babi pada tahun 2023.
Dikatakannya, melalui program ini Pemuda Kepi mendapatkan bantuan ternak babi sebanyak 25 ekor namun saat ini hanya satu ekor saja yang hidup.
Lasarus menceritakan kronologis mulai menerima bantuan itu dan 24 ekor babi yang mati. Dikatakannya bahwa saat turun dari mobil ada tiga ekor yang mati dan pihaknya meminta agar ditukar.
Setelah itu pada malam pertama ada lima ekor yang mati dan pada saat masa pemeliharaan atau masa garansi ada belasan ekor yang mati. Kemudian ada yang mati setelah masa garansi. Babi itu mati dengan gejala tidak makan dan lemas.
“Kami terima 25 ekor dan sekarang 24 ekor sudah mati. Hanya satu ekor yang masih hidup,” katanya.
Lasarus berharap pemerintah kembali menyalurkan bantuan serupa karena sebagian besar babi itu mati pada masa garansi.
“Kami berharap bantuan ini bisa disalurkan lagi karena sebagian besar babi itu mati pada saat masa garansi di bawah tanggal 19 Januari 2023,” katanya.
Sekretaris Kelompok Kali Mati Bersatu, Kelurahan Kelimutu, Ende Tengah, Fransiskus R. Dolle, mengatakan kelompoknya menerima bantuan ternak babi sebanyak 15 ekor. Saat ini semuanya sudah mati dan mati secara bertahap.
“Semuanya sudah mati, tidak mati mendadak tapi mati secara bertahap. Sebagian besar mati saat masih masa pemeliharaan atau garansi,” katanya.
Kata Fransiskus yang akrab disapa Om Pedo, pihaknya menyesal karena babi bantuan itu sangat bagus dan sudah besar. Kami hanya membutuhkan waktu satu dua bulan kedepan dan sudah bisa dikawinkan.
Ia berharap pemerintah kembali menyalurkan bantuan serupa.
“Bantuan babi yang kami terima saat ini sangat bagus karena sudah besar. Ukurannya jika dijual bisa mencapai sekitar lima atau enam juta,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende, Marianus Aleksander yang dihubungi Florespos.net, Senin (23/1/2023) sore, mengatakan 25 ekor babi itu adalah bantuan yang bersumber dari dana APBN oleh BPTU.
Bantuan ini diperuntukkan kepada kelompok Pemuda Kepi Onekore di Kelurahan Onekore dan kelompok Kali Mati bersatu di Kelurahan Kelimutu.
“Itu babi bantuan dari dana APBN oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Denpasar Bali untuk 2 kelompok di Onekore dan di Kalimati. Jumlahnya 50 ekor tapi baru 35 ekor diserahkan lagi 10 ekor dan sudah mati 25 ekor,” kata Kadis Distan Ende.
Marianus Aleksander mengatakan setelah mengetahui 25 ekor babi bantuan tersebut mati saat tiba di Ende dan setelah didistribusikan ke kelompok penerima, Distan Ende langsung mengambil sampel darah dan organ untuk dikirim ke Balai Besar Veteriner Bali.
“Kami langsung ambil sampel darah dan organ kirim ke Bali pada minggu lalu dan saat ini kami masih tunggu hasil pemeriksaannya,” katanya.
Dikatakannya bahwa pemeriksaan sampel ini mesti dilakukan untuk memastikan ternak babi yang mati itu terserang African Swine Fever (ASF), penyakit lainnya atau faktor kelelahan.
“Kita masih tunggu hasil labnya. Kita belum tau pasti penyebab kematian apakah terserang ASF atau faktor kelelahan karena babi itu dimuat dengan kapal dan menempuh perjalanan cukup jauh,” katanya.*
Penulis:Willy Aran/Editor: Anton Harus