MBAY, FLORESPOS.net – Kasus demam berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Nagekeo dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo, terbanyak kasus DBD di wilayah Kecamatan Aesesa, yakni dari total keseluruhan 66 kasus di tahun 2022 ada 54 kasus positif DBD dan Suspek yang terjadi di wilayah Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT.
Demikian hal itu disampaikan Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kabupaten Nagekeo, drg. Emerentiana Reni Wahjunigsih, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maria Tresia Toyo, Ketika ditemui di Kantor Bupati Nagekeo, Kamis (12/1/2023) siang.
Maria menerangkan bahwa pada tahun 2021 lalu terdapat 21 kasus DBD di kabupaten Nagekeo dan mengalami peningkatan pada tahun 2022.
Selama tahun 2022 tercatat sebanyak 66 kasus DBD dan 2 diantaranya meninggal dunia. Selanjutnya, sampai keadaan tanggal 11 Januari 2023 kasus positif DBD 3 kasus sedangkan suspek 9 kasus.
Kecamatan Aesesa disebut yang paling tinggi mengalami kasus DBD dan Kecamatan Mauponggo paling rendah dengan total nol kasus DBD.
Meski demikian, Maria Tresia Mengaku pihaknya telah melakukan berbagi upaya pencegahan Malaria di Kabupaten Nagekeo.
Menurutnya, keberhasilan pencegahan DBD dan malaria di Kabupaten Nagekeo dapat dicapai jika ada kesadaran masyarakat dan kerja sama lintas Sektor.
Masyarakat perlu membangun kesadaran secara mandiri untuk membersihkan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk.
“Selama ini kita sudah melakukan pencegahan dengan melakukan Fogging di masyarakat, khususnya yang kasusnya positif. Selain itu, kita juga lakukan penyelidikan epidemiologi,” jelasnya.
Foging ini bukan merupakan satu-satunya upaya pencegahan, yang paling penting itu adalah kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan memberantas sarang nyamuk.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo mengajak semua elemen masyarakat teristimewa mereka yang terdampak malaria untuk menjaga kebersihan lingkungannya.
“Kita butuh kerja sama lintas sektor yang lebih efektif karena masalah penyakit bukan saja tanggungjawab dinas kesehatan, minimal kerjasama tingkat RT, RW menjaga kebersihan,” katanya.*
Penulis:Arkadius Togo/Editor:Anton Harus