BAJAWA, FLORESPOS.net-Para Suster Komunitas Tarekat Fransiskan Misionaris Maria (FMM) Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT, melaksanakan perayaan misa syukur 90 tahun FMM berkarya di Indonesia.

Perayaan syukur dipadukan dengan Natal dan Tahun Baru bersama Forum Komunikasi Komunitas Religius (FKKR) Kevikepan Bajawa, Keuskupan Agung Ende, berlangsung di Kapela FMM Bajawa, Jumat (6/1/2023).

Misa Syukur dipimpin oleh Vikep Bajawa RD. Gabriel Idrus didampingi 7 imam konselebran dan dimeriahkan paduan suara Stasi Edith Stein Trikora.

Hadir Bupati Ngada, Andreas Paru, Sekda Ngada, Theodisius Yosefus Nono, mantan Bupati Ngada Albert Nong Botha dan ibu Ros Nay Botha.

Selain itu, hadir pula, Anggota DPRD Ngada, Cyrilus Pati Wuli, Ketua STIPER-FB, Nicolaus Noy Wuli, Kabag Prokopim Setda Ngada, Yosep Kelo, Kepala SMA Regina Pacis, Erdin Ndiwa, para suster dari berbagai komunitas, pengurus DPP Paroki St.Yosep Bajawa dan beberapa undangan lain.

RD Gabriel Idrus dalam homilinya menggarisbawahi kehadiran Komunitas FMM tidak terlepas dari sikap kerendahan hati yang ditunjukkan Bunda Maria.

RD Gabriel menggarisbawahi, gereja Katolik sudah menggariskan rendah hati sebagai nilai moral yang utama.

Untuk menjaga keberlangsungan, maka nilai itu dihadirkan dalam perayaan Ekaristi sebagaimana pada perayaan Kamis Putih.

Dalam pembasuhan, imam berlutut atau membungkuk sebagai simbol kerendahankan diri di hadapan umatnya. Tindakan Yesus yang konsisten tentang kerendahan hati, ditunjukkan dengan membasuh kaki para muridnya.

RD Gabriel mengatakan, selain Ekaristi, ada pula Biara yang melaksanakan Kaul Kekal sebagai simbol kerendahan hati. Kerendahan hati, adalah kesadaran diri seseorang akan tidak berartinya dirinya di hadapan Tuhan.

Kerendahan hati, kata RD Gabriel, adalah kekuatan utama bagi komunitas FMM dan komunitas lainnya.

Dalam hidup berkomunitas, katanya, dinamika, interaksi maupun komunikasi antara pimpinan dan anggota dalam tugas dan pembagian kerja, aksi dan refleksi sangat dibutuhkan kerendahan hati.

Semua yang terlibat, katanya harus ada sikap rendah hati. Rendah hati, jalan menuju kehidupan lebih hakiki dalam menerima perbedaan sebagai kekuatan.

RD Gabriel mengatakan, 90 tahun karya Tarekat FMM di Indonesia dalam tema “Merajut Persatuan di Tengah Perbedaan Regio Trinity”, juga menumbuhkan semangat Santo Fransiskus Asisi dalam kesederhanaannya menjadi pembawa damai di tengah dunia.

Di sisi lain, katanya, tema ini juga menjadi harapan Tarekat FMM dalam menjalankan misinya ke depan bahwa dalam menjalankan misi tarekat bukan hal yang mudah di tengah perubahan dan perkembangan zaman.

Sebagai contoh, misi di bidang kesehatan saat ini bukan merupakan suatu hal yang mudah dan harus diapresiasi perkembangan saat ini sehingga misi FMM akan hal ini harus bisa menyesuaikan pula.

Merajut persatuan di tengah perbedaan harus juga menjadi perisai dalam menjalankan tugas perutusan para anggota Tarekat FMM untuk juga terus menumbuhkan semangat kerendahan hati.

Untuk mencari jalan baik dalam perkembangan FMM kedepan karena bila ada satu saja yang tidak rendah hati akan menjadi duri dalam daging yang merusak suasana di dalam komunitas, katanya.

Bupati Ngada Andreas Paru dalam sambutan mengatakan, masyarakat Ngada sangat mengenal FMM sejak lama. Sejak 1956, FMM hadir di Ngada, kehidupan masyarakat sangat diwarnai sejumlah peran yang dilakukan FMM.

Mulai dari kegiatan kesehatan pada Balai Kesehatan FMM, Asrama Putri serta menghadirkan TKK termasuk dirinya yang juga pernah mengenyam pendidikan saat itu sangat dikenal oleh masyarakat luas.

Balai Pengobatan FMM di mana saat itu belum ada Puskesmas telah sangat membantu masyarakat Ngada dalam urusan kesehatan.

Pemerintah Daerah (Pemda) menyampaikan terima kasih atas peran yang telah dimainkan FMM. Pemda Kabupaten Ngada berharap ada kolaborasi dan komunikasi bersama Tarekat FMM dalam menjalankan kegiatan sosial.

Walau terbatas anggaran, Pemerintah tentu memberikan perhatian bagi Komunitas FMM.

Kata Bupati Andreas, di bidang pendidikan sejalan dengan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Ngada. Kiranya, terus berkolaborasi membangun masyarakat Ngada yang sehat, unggul dan berbudaya.*

Penulis: Wim de Rozari / Editor: Wentho Eliando

Silahkan dishare :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *