LABUAN BAJO, FLORESPOS.net-Semua event yang digelar di Taman Parapuar Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) wajib menjaga ketenangan ekosistim, pelestarian alam, dan memperhatikan carring capacity/daya tampung area setempat yang terbatas. Karena demikian konsepnya.
Hal itu terungkap pada press conference Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) di Labuan Bajo, Jumat (14/6/2024).
Press conference itu digelar terkait event Picnic Over The Hill (POTH) Vol.3 of Parapuar pada15 Juni 2024, dimulai pukul 16.30 Wita hingga pukul 23.00 Wita. event ini diselenggara BPOLBF, pihak yang memiliki kewenangan atas ratusan hektare rimba raya Parapuar.
Hadir di press conference tersebut Plt. Direktur Utama BPOLBF Fransiskus Xaverius Teguh, Sisilia Lenita Jemana (Kepala Devisi Komunikasi Publik), Sesar Andriawan (Kepala Devisi Pemasaran Mancanegara), Mervin Sebayung (Staf Devisi Pemasaran Mancanegara sekaligus sebagai Project Manager dari POTH of Parapuar) serta jajaran BPOLBF yang lainnya.
Menurut Frans Teguh, tema POTH Vol. 3 of Parapuar yakni green. Tujuan BPOLBF menyelenggarakan event ini antara lain supaya Parapuar semakin dikenal. POTH Vol.3 juga diharapkan ada dampak ekonomi bagi masyarakat via UMKM, sebagaimana POTH Vol.1 dan 2 sebelumnya.
Kata Frans Teguh, pihaknya menginginkan agar POTH of Parapuar jadi event reguler, juga mengalir event-evet lain di wilayah-wilayah koordinatif BPOLBF, baik di Labuan Bajo, Ruteng (Manggarai), Borong (Manggarai Timur) dan lain- lain. Event-evet dimaksud juga diharapkan berkualitas, dan berkelanjutan, lestarikan lingkungan/konservasi.
Dengan begitu, harapannya kelak dapat menghidupkan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, tidak terkecuali ekonomi dan sosial budaya penduduk lokal.
Masih Frans Teguh, sesuai konsep bahwa semua event di Parapuar, termasuk POTH, mesti dilaksanakan penuh ketenangan, hening, aman, dan nyaman. Harus serasi, selaras dengan alam. Harus menjaga ekosistim, biarkan burung dan penghuni hutan setempat lainnya bebas hidup di sana.
Oleh karena itu, apabila ada kegiatan/event di Parapuar kurangi volume musik, lagu- lagunya tidak boleh keras- keras. Mungkin juga lebih banyak gunakan seruling. Ini supaya burung dan penghuni hutan lainnya tak terganggu. Tempat-tempat sampah juga selalu disediakan di sana.
“Jadi tidak hanya manusia yang berbicara, alam juga “bicara”, harapannya begitu,” kata Frans Teguh.
Untuk itu kepada media juga dimohon mengkampanye, mengedukasi publik terkait ini. Agar destinasi satu ini (Parapuar) bagus, cantik, premiun. Harapannya lama tinggal wisatawan di Mabar pun wilayah koordinatif lain BPOLBF juga kelak tercipta.
Seperti diketahui, Parapuar merupakan bagian dari RTK (Register Tanah Kehutanan) 108 Ngorang Bowosi’e Mabar. Taman ini (Parapuar) berada di pinggiran timur Labuan Bajo, ibu kota Mabar, NTT. *
Penulis: Andre Durung I Editor: Wentho Eliando