RUTENG, FLORESPOS.net-Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek RI, Nadiem Anwar Makarim mengingatkan para guru dan kalangan pendidikan di Indonesia, termasuk di Manggarai, NTT atas implementasi kurikulum merdeka yang sudah, sedang, dan terus berjalan ke depannya.
Dalam amanatnya pada puncak peringatan puncak Hari Guru Nasional (HGN) ke-29 dan PGRI ke-78 yang jatuh pada Sabtu (25/11/2023), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ristek RI, Nadiem Anwar Makarim yang dibacakan Bupati Manggarai, Hery Nabit mengatakan, pihaknya optimistis bahwa kapal merdeka belajar akan terus bergerak bersama ke depan.
“Kita optimis bahwa merdeka belajar akan terus dilaksanakan agar perubahan pendidikan di negeri ini bisa terwujudkan,” katanya.
Menteri Makarim menyampaikan perubahan atau pencapaian pada dunia pendidikan Indonesia tahun-tahun belakangan ini seperti menghapus ujian Nasional. Dengan itu, para guru diberi kepercayaan untuk menilai hasil belajar muridnya.
Lalu, peluncuran kurikulum merdeka. Pelaksanaan kurikulum merdeka esensinya untuk memberi petunjuk jalan dalam mencapai tujuan, yakni perubahan pendidikan di negeri ini.
Setelahnya, telah pula diluncurkan pendidikan guru penggerak. Esensinya tidak sama dengan pelatihan guru.
Dalam pendidikan guru penggerak hal yang ingin dicapai adalah lahirnya generasi guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah yang memimpin perubahan-perubahan pendidikan nantinya.
“Dengan apa yang telah dicapai itu, maka negeri ini, makin dekat dengan pencapaian satu juta guru ASN PPK,” katanya.
Hal itu pasti akan memenuhi kebutuhan guru di sekolah-sekolah dan otomatis juga akan meningkatkan kesejahteraan para guru tersebut.
Pada momen ini, kiranya semua guru dan unsur kependidikan untuk terus bekerja dan bekerja bersama dalam memajukan pendidikan di negeri ini.
Soal kurikulum merdeka itu, Sekretaris Dinas Pendidikan, Wens Sedan yang menjadi narasumber pada seminar sehari yang diadakan PGRI Manggarai, awal pekan ini mengatakan, dalam pelaksanaan kurikulum merdeka para guru mutlak harus paham dan melek teknologi digital.
“Kalau tidak, bagaimana bisa mengakses akun belajar atau berbagi dengan guru-guru lain. Jadi, guru mau tidak mau di pelosok kampung atau tidak, harus familiar dengan teknologi digital,” katanya. *
Penulis: Christo Lawudin I Editor: Anton Harus