Oleh: RD. Donnie Migo
(Hari Kamis dalam Pekan Biasa XXXIII)
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita membaca injil Lukas (19:41-44) yang mengisahkan tentang Tuhan Yesus menangisi kota Yerusalem.
Posisi kota Yerusalem sebagai pusat agama orang Yahudi, pun pula pusat kebudayaan dan politik, sehingga menempatkanya sebagai kota yang kuat dan penting.
Namun dari pusat kekuatan ini Tuhan Yesus tidak melihat kasih yang tumbuh melainkan menjadi pusat kejahatan dan kelak di Yerusalem, Ia akan menerima hukuman mati.
Kota Yerusalem pada titik ini sesungguhnya menjadi gambaran suatu dunia tanpa iman, di mana Tuhan yang datang pun tidak mereka kenal.
Tuhan menangis karena umat manusia tidak mampu mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera, tetapi pandangan mereka kabur karena haus akan kekuasaan dan kejahatan.
Bukankah Yerusalem harus menjadi kota yang penuh dengan kedamaian sehingga menjadi contoh bagi kota-kota lain?
Kitab Pertama Makabe mengangkat tokoh penting dalam dunia perjanjian lama yang berjuang membela iman, yakni Matatias.
Ia tidak mau keluarganya tercemar karena mengkhianati hukum Taurat dengan mempersembahkan korban kepada raja. Dia memutuskan untuk tidak menaati perintah raja, demi imannya kepada Yahweh.
Kesaksian Matatias dan seluruh keluarganya ini menunjukkan bagaimana mereka paham benar apa yang dibutuhkan untuk damai sejahtera, yakni kasih, kebenaran dan keadilan.
Marilah kita menyadari iman kita dan berusaha untuk menwujudkan damai, kasih, kebenaran dan keadilan, sehingga Yerusalem baru yang merupakan pusat kekayaan iman dan cinta dapat kita alami dalam hidup kita. *
RD. Donnie Migo, Imam Keuskupan Maumere, Mahasiswa Global Programs (Missouri School of Journalism) pada University of Missouri, USA