LARANTUKA, FLORESPOS.net-Festival Genang Era Leworok di Desa Leraboleng, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapat dukungan penuh dari Balai Media Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BMK Kemendikbudristek).
“BMK Kemendikbudristek mengapresiasi dan siap mendukung suksesnya penyelenggaraan Festival Genang Era yang digagas Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek, di Leworok, Larantuka, Flores Timur, NTT, 15-17 November.”
Demikian rilis yang diterima Florespos.net, Rabu (15/11/2023) malam dari Pendamping Orang Muda Pandu Budaya Festival Genang Era Leworok, Silvester Petara Hurint.
Direktur KMA Kemendikbudristek Sjamsul Hadi menjelaskan, Festival Genang Era adalah kelanjutan dari program Sekolah Lapang Kearifan Lokal yang telah berlangsung sejak Oktober di Solor, Flores Timur.
Sjamsul menyampaikan, dalam program tersebut dihimpun anak-anak muda dari Adonara, Solor, dan Larantuka, dengan sebutan Pandu Budaya untuk menemukenali objek pemajuan kebudayaan daerahnya berkaitan dengan pangan lokal.
“Para Pandu Budaya itu lalu diarahkan untuk menyusun rencana kegiatan yang bertemakan Ekspresi Masyarakat Adat. Dari situ lalu para generasi muda Pandu Budaya memutuskan membuat suatu festival kearifan lokal dan budaya daeranya yang bernuansa kedaulatan pangan,” ujar Sjamsul, Selasa (14/11/2023).
Kepala BMK Kemendikbudristek Retno Raswaty mengemukakan, Festival Genang Era menambah informasi kekayaan kebudayaan lokal di Indonesia. Retno melanjutkan, tradisi kearifan lokal yang hidup di Flores Timur ini perlu disebarluaskan guna referensi pengetahuan.
Retno menuturkan, nilai-nilai budaya dan ritual tradisi pengolahan pertanian dan pangan di Flores Timur perlu medium penyebarannya agar dapat diketahui masyarakat luas.
Dengan begitu, kata Retno, BMK Kemendikbudristek akan memberikan dukungan Festival Genang Era dapat masuk dalam pustaka tayangan Indonesiana.TV.
“BMK Kemendikbudristek mengupayakan Festival Genang Era dapat tersiarkan di Indonesiana.TV sehingga menjadi tontonan edukatif kepada masyarakat untuk menambah cakrawala pengetahuan kebudayaan nasional,” ucap Retno.
Festival Genang Era yang digerakkan oleh Orang Muda Pandu Budaya di Leworok, Desa Leraboleng, Kecamatan Titehena berlangsung mulai Rabu hingga Jumat (15-17/11/2023).
“Festival ini melibatkan sejumlah komunitas adat dari Pulau Solor, Adonara, Flores Timur Daratan dan Lembata,” kata Silvester Hurint dalam rilis kepada Florespos.net, Rabu (15/11/2023).
Dia menjelaskan, “Genang Era” dalam bahasa Lamaholot adalah “mewariskan benih”. Festival ini menegaskan semangat orang muda untuk menggali, mengangkat dan memperkenalkan kembali keragaman pangan lokalnya.
Benih pangan lokal telah teruji melewati tantangan alam. Karena itu mesti dijaga dan diwariskan. Ketergantungan terhadap beras pasokan dari luar selama ini menyebabkan minimnya pengetahuan generasi muda Flores Timur terhadap keanekaragaman pangan lokal di daerahnya.
“Festival Genang Era adalah jalan bagi pandu budaya untuk mengenali dan menegaskan pangan lokal sebagai solusi dalam menghadapi persoalan pangan yang ramai dibicarakan dewasa ini,” katanya.
Silvester Hurint mengatakan, komunitas adat yang memiliki dan merawat benih pangan lokal, ritus serta segala tradisi dan pengetahuan terkait pangan menjadi rumah belajar yang tepat bagi orang muda.
Bahwa pangan bukan sebatas apa yang dimakan melainkan lebih dari itu menyimpan kekayaan kerohanian, pengetahuan dan ungkapan cita-rasa seni masyarakatnya.
“Festival Genang Era, adalah pesta keanekaragaman pangan berikut pengetahuan dan kearifan etis-ekologis serta nilai-nilai yang melekat padanya,” kata Silvester Hurint yang juga Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flores Timur itu.
Kata Silvester Hurint, Festival Genang Era akan menampilkan prosesi benih, pameran, workshop pengolahan pangan lokal, pentas seni, atraksi panen madu, permainan rakyat, lomba cerita rakyat, kunjungan ke situs dan hamparan ladang tradisional, dialog budaya bertema “Ritus dan Pangan”, ritual ape nahan (mengakhiri musim panas dan memasuki musim tanam) dalam tradisi berladang.
“Selama 3 hari festival, anda menyaksikan kegembiraan dan daya hidup yang luar biasa dari nyanyian-nyanyian ladang, kegembiraan mengolah pangan dan sukacita gotong-royong merawat kebersamaan. Juga doa-doa, rasa kagum-hormat terhadap alam dan kehidupan,” katanya. *
Penulis: Wentho Eliando I Editor: Anton Harus