RUTENG, FLORESPOS.net-Perkembangan terkini soal penanganan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di RSU Daerah Manggarai, NTT, adalah tidak semua rutin berobat dan malah buruk, sebanyak 105 ODHA sudah hilang kontak alias tidak diketahui keberadaannya.
Hal itu mencuat dalam rapat koordinasi (Rakor) lintas program dan lintas sektor yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Manggarai yang dipusatkan di Aula Asumpta Paroki Katedral Ruteng, Selasa (14/11/2023).
Ketika membuka Rakor tersebut, Kadis Kesehatan, Dokter Gigi Bartolomeus Hermopan mengatakan, salah satu soal yang menjadi perhatian utama dalam rakor kali ini adalah tentang HIV/AIDS yang kondisinya amat mengkhawatirkan.
“Kita khawatir karena banyak sekali yang dirawat. Tetapi, yang tak dirawat, mungkin lebih banyak lagi karena tidak tahu,” katanya.
Dasarnya, yang terdata untuk dirawat dan mendapatkan obat, malah belakangan ini, tidak rutin lagi mengambil obatnya.
Datanya, ada 105 ODHA yang terdata tidak lagi mengambil obat ARV yang disediakan pemerintah secara gratis. Keberadaannya sudah tidak diketahui lagi.
Kondisi itu, demikian Kadis Hermopan, jelas mencemaskan. Karena tidak terpantau perkembangan kesehatannnya.
Dan, paling buruk adalah perilakunya dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Apakah menjaga perilaku aman atau tetap berisiko menularkannya kepada orang lain.
Dikatakan, Rakor yang diadakan sekarang ini kiranya fokus pada upaya konkret untuk menjawabi soal-soal konkret dalam masyarakat atas pelbagai penyakit menular.
Harus didapatkan solusi konkret atas soal-soal yang ada, termasuk soal ODHA yang tidak mau lagi mengambil dan meminum obat.
Bagaimana menemukan kembali yang sudah drop out. Setelahnya bagaimana juga memotivasi ODHA itu agar kembali menjalani pengobatan demi kesehatannya sendiri.
“Saya mohon, rapat ini fokus untuk dapat solusi atas persoalan konkret dalam masyarakat,” katanya.
Sedangkan Sekretaris Pengelola KPAD Manggarai, Kosmas Takung mengatakan, bahaya ODHA tidak terbuka dalam kehidupan sehari-hari.Yang tidak tahu, pasti bergaul biasa saja. Kalau yang seperti itu sangat berisiko.
“Mungkin bukan soal pada berhubungan seks saja. Tetapi, soal lain seperti transfusi daerah atau luka-luka pada ODHA itu tersentuh atau mengenai orang lain,” katanya.
Sebagai KPAD Manggarai, lanjut Kosmas, tetap dan terus mengajak ODHA itu untuk kembali mengkonsumsi obat yang ada. Risikonya terlalu besar jika berhenti meminum obat.
Dan, risiko lain untuk orang-orang terdekat, keluarga, teman, dan masyarakat sekitar ketika ODHA tidak terbuka tentang sakit yang dialaminya. *
Penulis: Christo Lawudin I Editor: Wentho Eliando