RUTENG, FLORESPOS.net-Rapat koordinasi (Rakor) lintas program dan lintas sektor diadakan Dinas Kesehatan, Manggarai, Selasa (14/11/2023).
Dalam Rakor itu kiranya menjadi fokus bahasan adalah soal penanganan konkret penyakit menular mulai dari rabies, HIV/AIDS, dan imunisasi bagi bayi dan Balita yang pelaksanaannya tidak maksimal.
Rakor yang diadakan di Aula Asumpta Paroki Katedral Ruteng, Manggarai, NTT itu dibuka Kadis Kesehatan Dokter Bartolomeus Hermopan didampingi panitia penyelenggara seperti Santi Rodos, Albertus, dan lain-lain.
Pesertanya antara lain para camat, unsur organisasi perangkat daerah terkait, unsur dari puskemas, dan KPAD Manggarai yang dihadiri Sekretaris Kosmas Takung, dan lain-lain.
Menurut Kadis Kesehatan Manggarai, Dokter Bartolomeus Hermopan, Rakor bidang kesehatan ini kiranya fokus bahas dan bicara tentang tiga hal, yakni soal rabies, HIV/AIDS, dan imunisasi bayi dan Balita.
“Mengapa? Rabies dan HIV/AIDS masih menjadi hal yang mencemaskan. Karena itu, peserta harus diskusi serius ini dan harus hasil rekomendasi konkret,” katanya.
Dua penyakit menular ini harus menjadi perhatian karena kasusnya makin banyak saja dari waktu ke waktu.
Rabies dalam laporan yang tergigit anjing tidak pernah sepi. Laporan dari puskesmas setiap bulan selalu banyak.
Keadaan ini yang mengharuskan semua mencari akarnya agar kasus gigitan berisiko ditekan atau bahkan tidak boleh ada.
Memang ada pilihan, apakah memberi vaksin hewan atau vaksin untuk manusia yang menjadi korban gigitan.
Kalau dari aspek biaya, kalau membeli dan memberi VAR untuk korban gigitan lebih mahal dan malah sampai angka Rp 7 juta untuk empat kali suntikan.
Kalau lebih murah vaksin untuk HPR, maka baiknya itu yang harus dipilih dalam penanganannanya.
Maka pengadaan vaksin untuk HPR harus lebih banyak dan pemberian vaksinnya dilakukan secara berkala guna memastikan HPR di Manggarai ini aman.
Lalu, soal imunisasi bayi dan Balita, lanjut Kadis Hermopan, pencapaian tidak seperti yang diinginkan. Sebabnya, tidak mau atau tidak rutin membawa anak ketika ada jadwal pemberian vaksin.
“Kita lihat, ada bayi atau Balita tidak dapat suntik semua jenis apakah polio, campak, cacar, atau yang lainnya sesuai dengan ketentuannya,” katanya.
Kalau banyak bolongnya, risiko besar pada bayi atau Balita itu nantinya. Anak-anak tidak bebas dari penyakit yang lebih besar ke depannya.
Kadis Hermopan berharap agar Rakor bisa menghasilkan rekomendasi konkret atas tiga hal itu dan hal lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat di Manggarai ini.
Sebelumnya Camat Satar Mese Utara, Hipolitus Kori mengatakan, memang di tingkat masyarakat banyak sekali soal konkret yang kadang membuat program atau kegiatan kurang maksimal atau bahkan tidak jalan sama sekali.
“Contoh rabies, programnya harus vaksin semua HPR. Tetapi, hari kegiatan pemiliknya tidak bawa hewannya atau malah HPR-nya menghilang. Setelah petugas pergi, muncul lagi itu hewan,”katanya.
Karena itu, Rakor ini kiranya bisa membahas detail jalan keluar agar dilaksanakan di tengah masyarakat. Pogram sebagus apapun jika tidak diilaksanakan, maka keberhasilannya dipertanyakan dan diragukan. *
Penulis: Christo Lawudin I Editor: Wentho Eliando