Oleh RD. Donnie Migo
Minggu, 5 November 2023
(Minggu Biasa XXXI)
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Pada hari Minggu Biasa yang ke-31 ini kepada kita sekalian, khususnya para pemimpin diundang untuk belajar memiliki semangat pelayanan dalam kerendahan hati.
Inilah semangat yang mengindikasikan bahwa kita adalah orang Kristen atau dengan kata lain ketika kita memiliki semangat ini, orang dapat mengetahui bahwa kita adalah orang Kristin.
Oleh sebab itu, diawal permenungan ini kita sekalian diajak untuk bertanya diri bagaimana saya dapat mewujudkan pelayanan yang diwarnai dengan kerendahan hati?
Dalam bacaan pertama dari Kitab Maleaki, kita menemukan bahwa Tuhan menasihatkan pentingnya sikap mendengarkan dan menghormati namaNya yang kudus (Maleaki 2:2).
Nasihat ini menyadarkan kita bahwa ada yang harus kita dengarkan dan kita hormati. Dengan demikian, segala perkataan, keputusan dan tindakan kita diterangi oleh Dia yang sabdaNya kita dengar dan namaNya kita hormati.
Bayangkan saja jika kita tidak mendengarkan Tuhan dan tidak menghormatiNya, bisa saja kita menjadi seorang pemimpin yang sangat angkuh.
Sementara Injilnya, Matius menulis bahwa untuk dapat mewujudkan semangat pelayanan yang rendah hati, kita dapat melandasi tindakan kita dengan merujuk pada Tritunggal Mahakudus; Rabbi (Guru) yakni Roh Kudus yang mengajarmu tentang kebenaran, Bapa yang menciptakan dan menjagamu dan Pemimpin yakni Kristus yang membawamu pada keselamatan.
“Janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias” (Matius 23:8-10).
Ketika menjadi pemimpin, terdapat banyak godaan untuk menodai kebenaran, merusak karya ciptaan yang terarah pada kematian dari pada keselamatan.
Untuk itu, para pemimpin sebaiknya selalu berwaspada agar tidak terjatuh dalam godaan-godaan ini.
Rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika telah menulis bahwa semangat pelayanan kita tidak pernah terlepas dari cinta kasih.
Perasaan ini yang menuntun kita pada pemberian diri yang seutuhnya (1 Tesalonika 2:8). Penekanan Rasul Paulus di sini terkhusus pada bagaimana mewujudkan cinta kasih dalam pelayanan.
Bertolak dari bacaan-bacaan suci ini, maka kita dapat menjawab pertanyaan di atas bahwa agar saya dapat mewujudkan kerendahan hati, maka saya harus menyadari kehadiran Tritunggal Mahakudus yang telah memberikan saya terang kebenaran, telah menjaga dan menjamin keselamatan saya.
Kesadaran ini akan membuat saya selalu mendengarkan bimbinganNya dan memuji serta menghormati namaNya. Dengan demikian saya dapat melayani dengan penuh cinta kasih.
Jadi, pelayanan yang rendah hati itu sebenarnya suatu konsekuensi dari iman kita akan Allah dan sejauh mana kita menempatkan peran Allah dalam keseluruhan hidup kita.
Maka menjadi orang yang rendah hati tidak semudah kita berjanji tetapi bagaimana membangun relasi dengan Allah dan mewujudkannya dalam pelayanan kepada sesama. *
RD. Donnie Migo, Imam Keuskupan Maumere, Mahasiswa Global Programs (Missouri School of Journalism) pada University of Missouri, USA