Oleh: RD. Donnie Migo
Jumat, 27 Oktober 2023
(Jumat dalam Pekan Biasa XXIX)
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Hari ini (27/10) untuk kedua kalinya, Bapa Suci Paus Fransiskus mengumumkan Hari Doa, Puasa dan Penintensi bagi perdamaian di Tanah Suci sejak dimulainya pertempuran antara Hamas (Palestina) dan Israel.
Kita semua tentunya bersatu dalam doa dan puasa ini.
Injil Lukas yang kita baca dan renungkan hari ini juga menulis tentang usaha untuk mewujudkan perdamaian.
Tuhan Yesus memulai pengajaranNya dengan menyerukan kepada para pendengar agar dapat merefleksikan situasi-situasi di sekitar kita, sebagaimana kita memprediksikan akan adanya hujan dan panas (Lukas 12:53-54), “Mengapa kamu tidak dapat menilai zaman ini?”
Konflik, peperangan dan haus akan kekuasaan merupakan fenomena-fenomena yang sudah selayaknya direnungkan secara mendalam akan ketajaman suara hati dan nilai-nilai iman dalam tatanan kehidupan dunia.
Apakah tidak ada lagi suatu ruang di mana perdamaian dapat menjadi tempat untuk berjumpa dengan segala perbedaan? Apakah hanya perang yang dapat menyelsaikan segala persoalan?
Tuhan Yesus mengatakan “jika engkau dan lawanmu menghadap pemerintah berusahalah untuk berdamai dengannya di tengah jalan,..” (Lukas 12: 58a).
Usaha untuk berdamai dalam konteks ini berarti kita harus mengalah. Tuhan Yesus tidak meminta lawanmu yang mengalah tetapi Dia meminta engkau; dia sedang meminta kita untuk mengalah.
Meninggalkan rasa ingin menang sendiri dan memikirkan apa konsekuensi jika terus hidup dalam konflik, peperangan dan haus akan kekuasaan.
Namun yang menjadi persoalan adalah kalau tidak ada yang mau mengalah atau kalau kita sendiri tidak mau mengalah.
Korban material dan moral akan terus berjatuhan dan duka serta tangisan tidak akan pernah berakhir. Di sinilah Tuhan sekali lagi mengundang kita untuk “Berusahalah Berdamai.”
Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Roma 7:18-25 juga menyerukan agar menggunakan akal budi kita untuk melayani Allah dan tubuh kita untuk mewujudkan kebaikan-kebaikan.
Jadi nilai hidup manusia yang sesungguhnya ketika ia mendedikasikan dirinya pada realisasi atas nilai-nilai iman dan kebaikan itu dalam hidup.S alah satu dari nilai itu adalah damai.
Mari kita berusaha untuk berdamai, agar hidup kita lebih berarti. *
RD. Donnie Migo, Imam Keuskupan Maumere, Mahasiswa Global Programs (Missouri School of Journalism) pada University of Missouri, USA