ENDE, FLORESPOS.net-Cuaca panas yang ekstrim dan kemarau panjang yang melanda Indonesia, khususnya di wilayah Provinsi NTT sangat dirasakan petani.
Petani mulai mengeluh karena sebagian besar tanaman dan sawah mereka sudah mengalami gagal panen. Hal ini pun dirasakan petani ubi kayu di Desa Detundora 2, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, NTT.
Petani ubi kayu di dataran Nuabosi Ende ini mulai mengeluh karena produksi ubi kayu yang menjadi komoditas unggulan dan sumber penghasilan utama di wilayah itu menurun drastis.
Kepala Desa Detundora 2, Adrianus Renga menyampaikan kondisi ini sudah dialami para petani sejak September 2023.
Dia mengatakan produksi ubi kayu milik petani di desa Detundora 2 dan sekitarnya sangat menurun dari sebelumnya karena dampak dari kemarau panjang.
“Sekarang kita lihat dijual di pasar itu sisa dari musim tanam kemarin dan hasilnya sangat kurang,” kata Adrianus dihubungi Florespos.net, Kamis (26/10/2023).
Untuk memanen ubi yang ditanam pada musim tanam lalu, kata dia, petani harus membutuhkan air untuk disiram di pohon ubi agar bisa dicabut.
“Kalau mau cabut yang ada sekarang kita harus siram air di pohon dulu agar bisa cabut karena tanahnya sudah kering,” katanya.
Adrianus juga mengatakan, saat ini seharusnya sudah musim panen namun karena kemarau panjang maka petani belum bisa masuk kebun untuk tanam.
Kata dia, ubi kayu adalah komoditas unggulan bagi petani di wilayah itu dan sebagian besar petani sudah menggantungkan hidup pada komoditas ini. Saat ini petani sangat merasakan dampak secara ekonomi.
Dia mengharapakan agar pemerintah memberikan bantuan pangan kepada petani untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang dialami.
“Mereka bersandar hidup pada komoditas ini maka di saat produksi menurun dampak ekonomi sangat dirasakan petani. Kami harap ada bantuan pangan kepada masyarakat untuk atasi kebutuhan makan minum,” kata Adrianus.*
Penulis: Willy Aran / Editor: Wentho Eliando