Oleh : dr. Dessy Natasha Ade Putri
MENJADI ibu di Era Milenial saat ini dihadapkan oleh banyak tantangan. Banyak wanita memilih tetap berkarir atau melanjutkan studi, baik untuk membantu perekonomian keluarga maupun karena tuntutan lingkungan sekitar.
Ibu tidak hanya identik dengan ibu rumah tangga dan melakukan pekerjaan di rumah. Bagi ibu bekerja yang baru melahirkan, dihadapkan pada pilihan akan memberikan ASI atau susu formula bagi bayinya.
Pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi baru lahir telah sejak lama direkomendasikan oleh organisasi kesehatan dunia seperti WHO dan UNICEF hingga Kementerian Kesehatan mengingat banyakya manfaat ASI baik bagi bayi maupun ibu.
ASI adalah makanan paling ideal untuk bayi, karena aman, bersih dan mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi dari penyakit selama masa kanak-kanak.
ASI eksklusif artinya pemberian ASI dalam 6 bulan pertama kehidupan tanpa makanan atau minuman tambahan lain termasuk air, kecuali obat atau vitamin yang diberikan pada bayi yang sakit sesuai indikasi.
Menurut WHO dalam 2 dekade terakhir 2 dari 3 bayi di dunia tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Sedangkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka ibu yang pernah menyusui anak di Indonesia sudah tinggi yaitu 90% namun yang memberikan secara eksklusif selama 6 bulan masih rendah sebesar 20%.
Banyak bukti ilmiah yang menunjukkan ASI memberikan nutrisi dan banyak manfaat baik bagi tumbuh kembang bayi. Kolostrum (ASI pada hari 1-5) misalnya kaya akan protein.
Laktosa ASI sebagai sumber karbohidrat diserap lebih baik dibanding yang terdapat di dalam susu formula. ASI juga mengandung protein, lemak, vitamin dan mineral yang komposisinya tentu tidak dapat dibandingkan dengan susu formula.
Zat ini dibutuhkan untuk perkembangan jjaringan otak, syaraf, kematangan usus, penyerapan besi dan daya tahan tubuh.
Manfaat yang dapat diperoleh bayi ketika diberikan ASI secara eksklusif antara lain terhindar dari resiko terkena penyakit seperti diare, radang paru, infeksi telinga atau infeksi otak.
ASI juga melindungi bayi dari resiko obesitas dan resiko terkena penyakit kronis saat dewasa seperti diabetes atau hipertensi.
Tidak hanya bayi, ibu juga mendapat banyak manfaat dari menyusui seperti mengurangi resiko kanker payudara dan ovarium serta resiko diabetes.
Produksi ASI tentunya akan sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
Bagi ibu bekerja yang ingin memberikan ASI esklusif, perlu dipersiapakan sejak dini agar produksi ASI cukup baik untuk menyusui langsung maupun disimpan.
Sejak masa kehamilan, ibu sebaiknya mengikuti konseling laktasi atau menyusui pada usia kehamilan 7 dan 9 bulan.
Segera setelah bayi lahir bila tidak ada masalah, dapat dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD).
ASI sendiri sebaiknya di berikan setiap 2 hingga 3 jam sekali, jangan menunggu payudara terasa penuh melainkan berikan secara rutin agar produksi ASI terus berlangsung.
Ibu juga diharapkan bisa cukup istirahat, menghindari stress, mengkonsumsi cukup nutrisi dari protein hewan dan tercukupi kebutuhan cairan.
Bagi ibu yang bekerja, 3 bulan waktu cuti sebaiknya digunakan untuk melakukan hal diatas agar nantinya produksi ASI lancar meskipun tidak menyusui secara langsung.
Dukungan baik secara emosional maupun bantuan keluarga terutama suami juga ikut menentukan keberhasilan ASI esklusif. Ayah yang dekat dengan bayi, memiliki sikap yang positif dan mempunyai pengetahuan yang luas tentang menyusui juga sangat membantu ibu.
Salah satu hal yang bisa dilakukan ayah secara langsung adalah memberikan pijat pada bahu atau dikenal dengan pijat oksitosin, untuk meningkatkan produksi ASI.
Pada ibu yang bekerja memberikan ASI eksklusif tentunya akan lebih sulit dibandingkan ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Hal ini yang menyebabkan cakupan ASI rendah dan belum mencapai target nasional.
Di era milenial ini tentunya banyak ibu yang bekerja atau wanita karir. Beberapa faktor yang menjadi hambatan bagi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif antara lain: waktu yang terbatas, jarak antara ibu dan bayi, faktor fisik ibu yang kelelahan, tidak tersedianya ruangan menyusui dan rekan atau lingkungan kerja yang kurang mendukung.
Berikut beberapa tips agar ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI esklusif;
Pertama, pilih metode ternyaman dan tercepat dalam memerah ASI, bisa dengan memerah dengan tangan, mengggunakan alat pompa manual atau alat pompa elektrik.
Jika memerah dengan tangan, jangan lupa untuk cuci tangan terlebih dahulu dan gunakan penampung yang lebar agar ASI tidak terbuang.
Untuk pompa manual maupun elektrik, pilih ukuran cup yang sesuai dengan payudara agar tidak menimbulkan nyeri atau lecet.
Kedua, buat jadwal memompa ASI, minimal 3 jam sekali, lakukan rutin meskipun di tempat bekerja dan gunakan pakaian yang mudah dibuka dan nyaman, serta simpan ASI dalam lemari pendingin sebelum digunakan.
Ketiga, usahakan selalu menyusui bayi secara langsung ketika di rumah.
Keempat, Perhatikan asupan makanan dan hindari stress agar produksi ASI tetap lancar.
ASI pada suhu ruangan dapat bertahan hingga 3 jam dan 4 jam pada ruangan ber AC. Pada coolbox dapat bertahan 24 jam, sedangkan di chiller hingga 3-5 hari. ASI bila disimpan di freezer dapat bertahan hinggan 3-4 bulan. Untuk menghangatkan ASI dapat direndam di air hangat.
ASI yang sudah dihangatkan namun tidak habis, tidak dapat didinginkan kembali dan harus dibuang.
Dengan metode penyimpanan yang tepat tentunya ASI dapat diberikan meskipun ibu tidak bersama bayi.
Mengingat banyaknya manfaat ASI bayi dan ibu tentunya memberikan ASI esklusif merupakan investasi bagi ibu dan kehidupan bayi kedepannya. *