ENDE, FLORESPOS.net-Aku Rindu adalah salah satu film inspirasi terbaik di Indonesia yang telah diputar perdana di bioskop pada 19 Oktober 2023 lalu.
Film yang dibintangi oleh Verlita Evelyn dan Samuel Rizal ini jadi bahan perbincangan pencinta film Indonesia khususnya anggota polisi.
Pasalnya film ini menceritakan tentang seorang ibu Bhayangkari yang setia mendampingi suami di manapun bertugas serta peduli terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Film ini diprakarsai oleh Mabes Polri dalam rangka HUT Bhayangkari yang ke-71.
Di tengah menjalankan tugas sebagai Bhayangkari dia memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya khususnya dalam dunia pendidikan dan membantu anak-anak menggapai mimpi.
Film inspiratif ini mengambil latar di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT. Larantuka adalah sebuah kota di ujung timur pulau bunga atau pulau Flores yang terkenal dengan wisata religi Samana Santa.
Executive produser film Aku Rindu, Janner Clay Sihaan yang hadir saat nonton bareng (Nobar) film Aku Rindu di Ende mengungkapkan alasan memilih Larantuka sebagai latar film ini.
Dikatakannya, Kota Larantuka dan Flores Timur pada umumnya adalah wilayah yang indah. Alamnya sangat indah membuatnya jatuh cinta dan memilih kota ini jadi latar film.
“Saya cinta banget dengan alam kota Larantuka. Sangat indah dan luar biasa,” katanya.
Ternyata Janner Clay Sihaan sudah jatuh cinta dengan Larantuka, Flores Timur jauh hari sebelumnya. Pada tahun 2017, ia mendirikan sebuah sekolah gratis di Tanah Mera, Adonara, Flores Timur.
Pada film Aku Rindu ia memilih anak-anak Larantuka ikut terlibat sebagai pemeran. Ia mengakui dalam waktu singkat anak-anak bisa beradaptasi dan berperan luar biasa.
“Orang-orang yang nonton film ini setelah itu pasti heran karena akting dari pemeran lokal sangat luar biasa walaupun dalam waktu latihan yang sangat singkat,” katanya.
Clay Sihaan mengatakan ingin anak-anak Flores Timur dan NTT bisa bersaing dengan anak-anak di Jawa. Karena setiap orang mempunyai mimpi yang harus dibuktikan. *
Penulis: Willy Aran/Editor: Anton Harus