Rakyat versus “Drakula Politik”

- Jurnalis

Selasa, 24 Oktober 2023 - 09:32 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Marianus Gaharpung

DRAKULA dalam cerita atau film selalu diidentikan dengan penghisap darah.

Perilaku manusia yang mengindikasikan selalu tidak pernah merasa puas demi mendapatkan sesuatu yang diingininya.

Hari ini warga tanah air melihat drama “drakula politik” dilakukan elit elit politik yang “haus” akan kekuasaan menjelang pilpres 2024.

Adegan drama ini dimulai dengan mengamputasi kewenangan dan memplokoto nalar sehat independensi obyektivitas para hakim konstitusi melalui vonis MK yang sangat kontroversial.

Suka atau tidak suka semua peristiwa yang terjadi menjelang pilpres 2024 ini jelas by design.

Dugaan ada pihak-pihak yang sengaja memperkeruh suasana politik hari ini didukung oleh pecukong modal besar, sehingga semua pejabat dan lembaga hukum bisa “dibeli” dengan ambisi yang membabi buta demi mempertahankan kemapanan oligarkhi ekonomi mereka.

Aturan main pilpres yang jujur adil berdasarkan peraturan perundang-undangan ternyata sudah mulai dikotorin oleh drakula politik.

Siapapun yang bernalar jernih tidak habis pikir seorang anak “ingusan” baru belajar jalan dalam dunia pemerintahan, politik bisa- bisanya dicawapreskan untuk kelak memimpin negara dengan jumlah penduduk terpadat peringkat ke-4 dunia, yaitu 277,7 juta jiwa.

Sementara, India menempati posisi puncak dengan jumlah penduduk 1,43 miliar jiwa, diikuti Tiongkok 1,42 miliar jiwa, dan Amerika Serikat.

Baca Juga :  Praktik Money Politic dan Upaya Pencegahannya dalam Pemilu di Indonesia

Belum lagi, dengan begitu banyak permasalahan bangsa yang pelik akhir- akhir ini. Pertanyaan, mampuhkah sang boca “ingusan” ini ? Atau hanya “boneka ganteng” duduk manis lalu sang induk semangnya yang memainkan “remote” politik pemerintahan dari Kota Solo.

Publik wajar- wajah saja melakukan interpretasi politik yang liar demikian ini karena kondisi politik hari inipun liar dan tidak beretika, moralitas, tepo seliro, balas budi, santun, tidak menghargai dan serta menghianati jasa baik orang lain. Semuanya hilang sekejab.

Publik tanah air melihat drama politik hari ini dilakukan oleh drakula- drakula politik dengan modus sebagai berikut,

Pertama, demi membangun dinasti kekuasaan, maka sang aktornya berani berbuat serta tidak malu terhadap penilaian publik lagi. “Emang gua mikirin yang penting keluarga dan kroni-kroni gue mendapat serta mempertahankan kekuasaan”.

Akhirnya lupa diri bahwa dahulu dirinya tidak ada apa- apanya diangkat dari “lumpur” menjadi besar hebat ternyata begitu gampang dan tanpa beban pergi meninggalkan partai yang pernah membesarkan dirinya, anak dan mantunya.

Kedua, tidak ada teman abadi tetapi kepentingan abadi. Ternyata benar kepentingan selalu diutamakan sehingga etika tata krama balas budi menjadi tidak ada harga ketika kepentingan menggerogoti nafsu nuraninya. Manusia luguh dratis berubah menjadi manusia “muka tebal”.

Baca Juga :  Flores: Dari Pulau Bunga Menuju Pulau Panas Bumi

Ketiga, publik warga tanah air bisa merasakan bukan menuduh bahwa ada dugaan dalam berpolitik soal praktik tipu menipu saling “baku makan” antar politisi lumrah demi meraih yang namanya nikmatnya kekuasaan.

Keempat, rakus akan nikmat kekuasaan, maka praktik drakula politik menjadi lumrah.

Indonesia “unggul” sudah di depan mata. Pertanyaannya, kita tekat meraih atau membiarkan hancur lebur di tangan pemimpin yang salah? Pilpres 2024 adalah penentu arah menuju Indonesia unggul.

Pemimpin bangsa yang benar harus dimulai dengan cara- cara yang benar, beretika bermoral ketika dirinya capres cawapres.

Pilpres 2024, bukan harus memilih yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa.

Ucapan Romo Franz Magnis-Suseno, ajakan moral untuk tidak abstain atau golput. Pilihlah yang kadar keburukannya lebih sedikit.

Kadar keburukannya lebih sedikit adalah yang terbaik di antara pilihan yang ada. Penentu kemenangan bukan partai dan besarnya koalisi partai tetapi nurani rakyat.

Ingat, Vox Populi vox Dei (suara rakyat suara Tuhan). Kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat bukan pada “drakula” politik. *

Penulis: Dosen FH Ubaya Surabaya

Berita Terkait

Tingkatkan Harga Jual, Sikka Akan Lakukan Hilirisasi Produk
Bus Antar Kabupaten dan Angdes Bebas Masuk Kota Larantuka, Kadishub Flotim: Harus Berhenti di Terminal
Pemda Flotim Kembali Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Erupsi Lewotobi, Camat dan Kades KRB Lakukan Pemantauan
Serahkan KIP Kuliah Aspirasi kepada 34 Mahasiswa di Ende, AHP: Harus Selesai Tepat Waktu
Menteri Keuangan Menjamin Anggaran Beasiswa KIP Kuliah Tak Dipangkas
Sri Mulyani Pastikan Belanja Pegawai dan Bansos Tak Kena Efisiensi
Dugaan Pelecehan di RSUD Ende Naik Tahap Penyidikan, PH Apresiasi Kerja Penyidik
Romo Laurens Teon Ubah Lahan Bebatuan Jadi Pusat Pengembangan Hortikultura
Berita ini 10 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 14 Februari 2025 - 22:05 WITA

Tingkatkan Harga Jual, Sikka Akan Lakukan Hilirisasi Produk

Jumat, 14 Februari 2025 - 21:09 WITA

Bus Antar Kabupaten dan Angdes Bebas Masuk Kota Larantuka, Kadishub Flotim: Harus Berhenti di Terminal

Jumat, 14 Februari 2025 - 18:49 WITA

Pemda Flotim Kembali Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Erupsi Lewotobi, Camat dan Kades KRB Lakukan Pemantauan

Jumat, 14 Februari 2025 - 14:41 WITA

Serahkan KIP Kuliah Aspirasi kepada 34 Mahasiswa di Ende, AHP: Harus Selesai Tepat Waktu

Jumat, 14 Februari 2025 - 13:49 WITA

Menteri Keuangan Menjamin Anggaran Beasiswa KIP Kuliah Tak Dipangkas

Berita Terbaru

Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Sikka Simon Subandi Supriadi (kiri) bersama Ketua DPRD Sikka Stefanus Sumandi. (FOTO: EBED DE ROSARY).

Nusa Bunga

Tingkatkan Harga Jual, Sikka Akan Lakukan Hilirisasi Produk

Jumat, 14 Feb 2025 - 22:05 WITA