RUTENG, FLORESPOS.net-Banyak komponen yang mempengaruhi nilai pendidikan dari aspek literasi dan numerasi apakah naik, tetap, atau malah turun dari waktu ke waktu.
Ketika dicari akar soalnya, khusus di Manggarai, NTT, titiknya pada distribusi guru yang tidak merata di sekolah-sekolah. Di kota guru menumpuk, di desa terpencil, guru sangat kurang dan bahkan tidak ada.
Kadis Pendidikan Manggarai, Frans Gero ketika membuka Bimtek Pemulihan dan Transformasi Pembelajaran melalui Penguatan Literasi bagi para guru di Manggarai dan Matim di Ruteng, Selasa (17/10/2023) mengatakan, titik soal memang sudah diketahui.
“Soal itu adalah distribusi tenaga kependidikan yang tidak merata di sekolah-sekolah di Manggarai ini,” katanya.
Penyebaran guru tidak merata itu soal yang lama terjadi. Sekolah-sekolah di kota, guru over. Tetapi di desa atau kecamatan malah kekurangan.
Mengapa ini terjadi? Aneka alasan minta pindah ke kota atau tidak mau pindah ke desa. Di antaranya, harus mengikuti tugas suami atau istri di kota. Tidak heran, selalu ada permintaan pindah guru ke kota.
Lalu, alasan orang tua sudah Lansia, kondisi kesehatan tidak baik, anak-anak masih kecil, dan lain-lain.
Akibat kekurangan itu, pada jenjang pendidikan TKK/PAUD dan pendidikan non formal, terpaksa diisi tenaga pendidikan berijazah SMA atau SMK. Padahal, ketentuannya jelas, tidak boleh.
Soal ini, demikian Kadis Frans Gero, sudah disadari betul. Maka yang harus dilakukan adalah penataan pendistribusian tenaga kependidikan di sekolah-sekolah.
Proses ke arah itu sedang dan harus dilakukan agar apa yang diinginkan bisa terwujud, yakni kualitas pendidikan meningkat karena komponen-komponen yang dinilai juga berubah baik dari waktu ke waktu.
Dari aspek komitmen para guru, lanjut Kadis Frans Gero, juga harus terus dilecut agar kompetensinya sesuai dengan tuntutan.
Zaman ini dituntut melek teknologi digital. Segala sesuatu ada dalam media digital untuk dipelajari.
Agak ironi kalau zaman ini guru tidak bisa membuka aplikasi pembelajaran atau tidak tahu apa itu zoom meeting atau livestreaming, dan lain-lain.
Menurutnya, apa yang dilakukan berupa Bimtek ini adalah upaya membantu agar para guru kembali bekerja sesuai dengan ketentuan dan tahu soal praktis dalam pembelajaran.
“Apa yang nilainya rendah pada siswa, maka itu harus jadi fokus perhatian. Para guru harus bisa melihat soal-soal secara jernih agar bisa mau berubah dan berinovasi dalam pembelajarannya,” katanya.
Sebelumnya, Pejabat yang mewakili Kepala BPMP Provinsi NTT, Arifin, mengatakan, untuk literasi dan numerasi naik butuh proses.
“Yang kita lakukan sekarang berproses agar kualitas pembelajaran naik sesuai dengan ketentuan,” katanya.
Dikatakan, kegiatan pemulihan harus banyak dan terus menerus dilakukan karena dalam dua tahun selama Covid vakum aneka kegiatan pembelajaran seperti yang diinginkan.
Untuk, diperlukan komitmen semua unsur di satuan pendidikan dalam mewujudkan program atau kebijakan untuk merdeka belajar. *
Penulis: Christo Lawudin / Editor: Wentho Eliando