Oleh: Marianus Gaharpung
SIKKA memang dikenal dengan permainan judi. Berbagai modus yang dilakukan mulai sabung ayam, dadu regang, bola guling, kartu dan masih ada yang lainnya. Permainan judi sudah mendara daging dan warisan genenesi ke generasi.
Mau dikatakan hobi bisa juga tetapi karena keseringan bermain seru dan asyik, maka diadakan taruhan. Apakah permainan judi selalu menguntungkan? Sudah pasti tidak ada satu orangpun di muka bumi ini kaya karena main judi.
Judi ibarat kenikmatan sesaat kesengsaraan sepanjang masa. Sudah pasti yang didapat penyakit karena duduk berjam- jam dengan kondisi tegang, ekonomi rumah tangga akan amburadul, keharmonisan rumah tangga hilang sering ribut karena utang.
Uang sekolah anak terkadang tidak bisa dibayar karena habis di meja perjudian. Justru yang sangat disayangkan permainan busuk ini sangat digandrungi pemuda- pemuda usia produktif.
Perjudian adalah “penyakit” akut masyarakat Nian Tana Sikka. Hal ini sudah pasti bukan suatu prestise atau prestasi melainkan kegagalan riil generasi muda Nian Tana Sikka dalam menata masa depan hidupnya.
Tradisi buruk dan busuk ini tidak bisa diletakan pada tanggungjawab mutlak pemerintah melalui satpolpp dan aparat Polres Sikka.
Justru yang paling penting adalah kesadaran nurani manusia Nian Tana Sikka bahwa perjudian adalah penyakit sosial yang harus menjadi komitmen bersama dibasmi dari muka bumi Nian Tana Sikka.
Eksistensi Satpolpp dan aparat Polres Sikka sifatnya represif saja dengan membubarkan, menangkap dan menghukum pelakunya.
Tragedi pantulan peluru yang dilakukan Kanit reskrim Polsek Kewapante dengan melakukan penembakan ke pohon yang mana pantulan peluru mengenai orang yang sedang dalam area perjudian sabung ayam adalah suatu bentuk kelalaian.
Tetapi rasanya oknum Kanit reskrim ini sudah pada tingkat kekesalan dirinya terhadap pelaku perjudian kok tidak ada efek jerahnya selama ini.
Padahal di Kecamatan ada Satpol pp, Babinsa kok mengapa perjudian masih subur? Apakah ada backingnya duduk manis menerima setoran?
Wajar dong publik menduga karena terkesan warga merasa “besar kepala” dan seakan- akan tidak takut dengan satpol pp serta aparat polisi.
Memang jatuhnya korban akibat pantulan peluru tembakan polisi adalah suatu kelalaian tetapi suatu bentuk konkrit kepedulian aparat polisi tersebut terhadap perjudian harus dihapuskan dari muka bumi Nian Tana Sikka.
Karena sampai kiamatpun perjudian tidak pernah menguntungkan secara ekonimis justru hasil akhirnya adalah penderitaan lahir dan batin.
“Tragedi” Kewapante menjadi daya ungkit kesadaran bersama semua anak bangsa Nian Tana Sikka generasi tua muda laki perempuan satu tekad membumi hanguskan perjudian yang merusak moralitas generasi muda Nian Tana Sikka. Sungguh miris! *
Penulis: Dosen FH Ubaya Surabaya