BAJAWA, FLORESPOS.net – Bupati Ngada Andreas Paru dalam sambutannya pada pembukaan Munas Unio Indonesia Ke XIV di Gereja Roh Kudus Mataloko,Senin (25/9/2023) menyampaikan kegembiraannya terkait pelaksanaan Munas Unio Indonesia Ke XIV yang dilaksanakan di Kabupaten Ngada.
“Pemerintah dan seluruh masyarakat Kabupaten Ngada sangat berbangga dan bergembira karena Munas Unindo dilaksanakan di Kevikepan Bajawa dengan mengangkat tema “Berpastoral di Tengah Arus Migrasi,” ungkapnya.
Dikatakan bahwa di tengah situasi melemahnya perekonomian masyarakat akibat dampak pandemi Covid 19, berbagai persoalan yang menderita keluarga dan dipermudah dengan hadirnya teknologi komunikasi dan transportasi yang kian berkembang telah mendorong masyarakat dan umat kita untuk migrasi dari tempat kelahirannya menuju tempat lain.

Berdasarkan laporan dari direktorat jenderal kependudukan dan catatan sipil Kementerian Dalam Negeri menyatakan bahwa terdapat 6.577.916 kali peristiwa Pindah -Datang penduduk Indonesia di sepanjang tahun 2021.
Data survei sosial ekonomi nasional tahun 2021 menyatakan bahwa 30,3 juta migran seumur hidup di tanah air yang artinya ada 11,1% penduduk yang sudah berpindah tempat dari daerah kelahirannya ke tempat baru.
Banyak studi mengenai migrasi menunjukkan bahwa alasan migrasi terutama karena alasan ekonomi yaitu karena adanya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan atau pendapatan yang lebih besar.
Namun upaya untuk mencari masa depan yang lebih baik di tempat lain tidak hanya membawa keuntungan secara ekonomis tetapi sekaligus melahirkan persoalan Baik iman,moral dan sosial itu sendiri.
Untuk itu menjadi sangat penting dan mendesak isumitiran dan migrasi mendapat perhatian yang sangat serius dalam Munas unio ke-14 dengan tujuan diantaranya meningkatkan pelayanan pastoral untuk para migran dan keluarga yang ditinggalkan, mengembangkan pastoral yang kreatif untuk menguatkan iman umat menghadapi derasnya arus migrasi.
Sebagai pemimpin di Kabupaten Ngada dirinya senantiasa memantau situasi di tengah masyarakat termasuk situasi yang dialami para migran dan keluarganya.
Terdapat banyak hal yang memprihatinkan dan mengkhawatirkan karena migrasi telah melahirkan persoalan iman, moral dan sosial seperti berpindahnya hak atas tanah dan bangunan rumah, berpindah keyakinan, perkawinan beda gereja perselingkuhan dan perceraian, lahirnya anak di luar perkawinan yang sah, kekerasan dalam rumah tangga, penalaran anak, anak-anak putus sekolah, minimnya perhatian keluarga terhadap tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, anak-anak bertumbuh dalam lingkungan yang tidak sehat, kasus stunting, merebaknya kasus infeksi menular seksual termasuk HIV dan AIDS, munculnya paham radikalisme, peredaran narkotika, korban trafficking, orang mengalami gangguan mental serta banyak kisah sedih yang dialami oleh umat juga adalah masyarakat itu sendiri.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Ngada melalui Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan ( SIAK ) Kabupaten Ngada menginformasikan bahwa sejak tahun 2012 sampai Desember 2022 tercatat 65.090 peristiwa berikut perkawinan yang dilaporkan dengan
33.028 atur 50,74% akta perkawinan yang diterbitkan.
Mirisnya pada tahun 2012 sampai dengan Desember 2022 terdapat 584 kasus perceraian Yang dilaporkan dan 44 kasus sudah mendapatkan akta perceraian.
Situasi ini menurut Bupati Andreas sungguh menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Ngada bersama dengan Gereja Katolik yang terpanggil untuk mewujud nyatakan aksi di mana pemerintah dan gereja mengemban tugas dan fungsi dalam membangun jiwa dan raga umat dan masyarakat yang sama.
Umat kita menjadi sangat rapuh dan rentan, kehilangan jati diri, tercabut dari akar budayanya, terjebak dalam gaya hidup konsumeristis, heronisme dan mekanisme pasar kapitalis.
Diharapkannya pula bahwa kesempatan mulia pelaksanaan Munas Unio Indonesia Ke XIV sungguh mendapatkan model pelayanan pastoral secara khusus tentang persoalan migrasi guna meningkatkan kualitas keimanan umat dan pemahaman yang sama terkait Migrasi.
Pemerintah Kabupaten Ngada tentunya akan terus bersama Gereja mencari bentuk yang ideal dalam rangka bersama-sama menuntaskan persoalan migrasi yang senantiasa menghantui kehidupan umat dan masyarakat itu sendiri.*
Penulis: Wim de Rozari/Editor:Anton Harus