LARANTUKA, FLORESPOS.net-Stigma terhadap kondisi alam Pulau Solor yang tandus tidak membuat asa dan semangat anggota kelompok peternak (Kopter) sapi di Desa Titehena, Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur (Flotim), NTT.
Data yang diterima wartawan Florespos.net dari Ketua Kopter Petola Puken Desa Titehena, Gabriel Keda Belang menyebutkan, perkembangbiakan (populasi) sapi bantuan Dinas Pertanian Flotim sejak awal peluncuran bantuan di tahun 2007 sampai kondisi Maret 2023 terus mengalami peningkatan drastis.
Keberhasilan usaha peternakan dan pengembangbiakan mamalia besar ini mematahkan presenden negatif sebelumnya dari orang luar bahwa Solor berkondisi alam kering tanaman hijauan ternak (THT) tidak cocok beternak sapi. Yang cocok dipelihara dari nenek moyang hanyalah hewan ternak perawakan kecil seperti kambing, domba, dan babi. Kini fakta, tidak seperti itu.
Gabriel yang didampingi Koordinator Kopter Petola Puken, Rufus Rage Manuk saat diwawancara media ini di Kampung Titehena, Sabtu (11/3/2023) siang menyiratkan kebanggaan warga Titehena ternyata mampu dan berhasil memelihara sapi.
Dia melaporkan di tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Flotim melalui Dinas Pertanian dan Peternakan setempat yang waktu itu dikepalai Ir. Antonius Wukak Sogen menyalurkan bantuan bibit sapi sudah dewasa sebanyak 10 ekor betina dan 1 ekor pejantan.
Sapi-sapi bantuan kepada peternak Titehena diberikan pemerintah demi misi kelinci percobaan pembangbiakan ternak besar di Pulau Solor yang sejak dulu penduduk lokal di “Pulau Batu” itu belum pernah beternak dan memelihara sapi. Ada anekdot bahwa kondisi Solor tidak cocok hidup dan perkembangbiakan mamalia besar itu.
“Kami (anggota kopter sapi) di awal penerimaan bibit sapi dewasa dari tangan pemerintah melalui kontraktor pemenang lelang pengadaan bibit, dibayangi rasa ragu karena kondisi alam Solor gersang dan sulit air, apakah berhasil dalam usaha beternak sapi jenis hewan langka di Pulau Solor saat itu,” cerita Gabriel.
“Modal semangat yang tinggi dan rasa bangga menerima bantuan sapi, siapa bilang kami tak mampu. Solor kering memacu semangat, mencatat sejarah keberhasilan memelihara sapi di Kampung Titehena,” kata Gabriel diimbuhi Rufus yang mantan Kades Titehena periode 2011-2017 itu.
Bantuan sapi 10 betina dan 1 pejantan diterima Kopter Petola Puken awalnya disalurkan kepada anggota yang sudah siap beternak. Kelompok dalam keputusan bersama tetapkan syarat bahwa sapi betina yang melahirkan anaknya digulirkan kepada anggota lain yang belum mendapat bagian. Populasi sapi yang lahir digulirkan sampai dengan tuntas kepada 24 anggota yang aktif hingga saat ini.
“Sapi yang kami terima dan tabah pelihara dari awal tahun 2007, betina 10 ekor dan pejantan 1 ekor sampai dengan Maret 2023 sudah beranak pinak sebanyak 123 ekor. Dari jumlah tersebut kondisi per Maret 2023 yang sedang dipelihara 24 anggota kelompok ternak dengan jumlah sapi dewasa dan masih anak sebanyak 66 ekor,” katanya.
“Sedangkan yang sudah dijual masing-masing anggota sebanyak 57 ekor. Sapi yang terjual dibeli oleh sama saudara beragama Muslim dari Solor Timur (Lamakera dan Lohayong) ketika Hari Raya Kurban (Idul Adha). Sapi yang dijual per ekor dengan harga Rp10 juta hingga Rp11,5 juta,” kata Gabriel.
“Kami sebagai kopter sapi Desa Titehena sangat bangga menopang ekono mm i keluarga karena pendapatan dari penjualan sapi membantu membiayai pendidikan anak-anak dan kebutuhan rumah rumah tangga, juga menabung di bank dan koperasi,” tambah Gabriel.
Koordinator Kopter Petola Puken, Rufus Rage Manuk menjelaskan sistem peternakan sapi di Titehena dengan cara alamiah diikat di pohon perdu dan rutin diberi pakan tanaman hijauan ternak dan rumput kering yang ditanam di lahan pribadi.
Penggembalaan dengan melepas sapi merumput bebas di lokasi padang rumput sangat dilarang karena dikhawatirkan sapi akan menggerogiti dan merusak tanaman pangan di kebun/ladang petani lainnya. Saat ini jumlah sapi yang sedang dipelihara setiap anggota kopter dengan jumlah 1-8 ekor.
Dalam usaha peternakan dan pengembangbiakan sapi di Titehena, diakui Rufus bahwa model perkawinan sapi dilakukan secara alamiah kawin langsung pejantan dengan betina dewasa yang sedang masa subur. Selain itu ada anggota kelompok yang meminta bantuan dokter hewan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Flotim melakukan kawin suntik atau inseminasi buatan (IB). Perlakuan teknologi IB menggunakan bibit sperma beku sapi jenis unggul.
“Sapi betina yang saya pelihara sudah beberapa kali IB dan berhasil hamil dan melahirkan 2 ekor anak jenis unggul dengan perawakan gemuk besar. Teknologi IB ini tidak semuanya berhasil. Ada yang gagal pembuahan dan ada yang berhasil hamil dan melahirkan anak sapi jenis unggul. Pelayanan kawin buatan terhadap sapi ini dilakukan dokter hewan ketika ada permintaan pertenak dan persediaan masih ada sperma beku di Dinas Pertanian dan Peternakan,”pungkas Rufus.
Dia mengakui kunci keberhasilan peternak sapi di Titehena sangat ditentukan modal semangat diri peternak, memelihara tanaman hijauan pakan ternak (THT) dalam kawasan lahan pribadi sehingga tetap tersedia cukup pakan, disiplin memberi makan setiap hari, dan menjaga kesehatan sapi.
Setiap sapi dewasa diakui Rufus, wajib diberi makan dalam sehari volume pakan setara15 kg dan konsumsi air minum 20 liter. Ketika sapi sakit atau mengalami gangguan kesehatan fisik seperti kecacingan dan tidak sehat segera hubungi dokter hewan untuk diberikan pengobatan cacing, vaksin, dan vitamin.
Terkait kesehatan hewan ini segera berkomunikasi dengan petugas kesehatan hewan di Pos Kesehatan Hewan (Keswan) di Desa Nusadani, Solor Barat.
“Petugas keswan setia melayani bilamana pertenak meminta bantuan untuk pengobatan sapi. Selama beternak jarang sapinya sakit dan mati. Stok pakan dan persediaan air bersih untuk sapi tetap ada sepanjang tahun. Sejak awal saya berternak di tahun 2007-2023, saya sudah menjual 12 ekor sapi,” ungkap Rufus.*
Penulis: Frans Kolong Muda
Editor: Wentho Eliando