MAUMERE, FLORESPOS.net-Para imam, dan umat diminta untuk belajar dari penghayatan hidup seturut nasihat Injili dalam hal ketaatan, kemiskinan dan kemurnian hidup dari Romo Yakobus Soba sejak ia ditahbiskan menjadi imam tahun 1988 hingga ajal menjemputnya pada Senin 27 Februari 2023.
Permintaan itu disampaikan Romo Martony Tangi dalam khotbahnya saat misa malam keempat atau Pa’i Salib/Nara Cruz Romo Yakobus Soba atau yang akrab disapa Romo Kobus di Gereja Santa Maria Immakulata Lekebai, Senin (6/3/2023) malam.
Misa dipimpin Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Martinus Sedu didampingi 50 imam konselebrantes.
Romo Martony Tangi dalam khotbahnya yang terinspirasi dari bacaan 1 Kor 15:51-57, dan Injil Yohanes 12:23-28 menggarisbawahi sosok Romo Kobus yang telah menunjukkan seorang imam dan pastor, dan selalu menjadi pribadi paradoksal.
“Romo Kobus hidup, bergerak dan berkarya sesuai perubahan zaman dan kompleksitas kehidupan yang ada, bahkan hidup menggereja. Namun satu hal yang pasti yang tidak terlepas dari diri seorang Romo Kobus adalah komitmen atas pilihan hidupnya,” katanya.
“Komitmen itu dituangkan dalam tiga nasihat injil yakni ketaatan, kemiskinan dan kemurnian hidup. Luar biasa Romo Kobus ini. Biji gandum yang telah mati itu harus berbuah pada diri kita para imam yang masih berkarya,” kata Romo Martony Tangi.
Menurut Dosen Liturgi pada Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero ini, sosok Romo Kobus telah mengajarkan kepada kita akan pentingnya rekan imam sebagai kehidupan imamat, membutuhkan kehadiran sang pemimpin sebagai inspirator yang selalu menyapa setiap saat; membutuhkan umat untuk memberi apresiasi atas tugas perutusan.
“Kehadiran mereka semua membantu kita untuk tetap etiap pada komitmen. Sebagai rekan imam seangkatan, saya tahu Romo Kobus kerap dijejali tanggung jawab yang mungkin melampaui batas kemampuannya. Kerap kali dikritik, disakiti, kerap mendengar nyanyian dan kidung duka,” katanya.
“Namun Romo Kobus mengajarkan kepada kita untuk tetap bertahan dan menyadari kebenaran ini ‘Bagaimana pun, malam yang kita anggap sebagai malam kegelapan adalah yang paling berbuah dari pelayanan kita’.Kita diharapkan memberikan yang terbaik setiap hari, karena kita adalah alat kebaikan bagi kehidupan umat,” kata Romo Martony Tangi.
Di hari-hari terburuk dalam hidup kita, lanjut Pastor Paroki Bloro ini, kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan dapat menggunakan keadaan ‘buruk’ dari sebuah kehidupan untuk menghasilkan yang terbaik bagi orang lain.
“Biji gandum yang mati harus menghasilkan buah,” kata Romo Martony Tangi.
Meskipun imam digelari In Persona Christi, lanjut Romo Martony Tangi, namun aplikasinya tidak seindah dan seagung ungkapan itu.
“Namun Romo Kobus menyadari bahwa Kerahiman Ilahi dinyatakan lewat kerapuhan manusiawi seorang imam. Diharapkan kita hayati sebagai buah dari biji gandum yang ditanam,” katanya.
Perayaan malam ini, lanjut Romo Martony Tangi, merupakan suatu pemakluman tentang awal suatu kehidupan baru di rumah Bapa yang tak pernah berakhir yang boleh beliau terima.
“Perayaan malam ini merupakan suatu pemakluman bahwa damai, cinta, saling menghargai, hidup solider, kesederhanaan hidup adalah harta indah, mutiara yang perlu dicari dan dicari serta diperjuangkan, dipertahankan,” kata Romo Martony Tangi.
“Dan tentu perayaan malam ini dipenuhi juga dengan muatan harapan untuk suatu masa depan, suatu perayaan akan kehidupan baru dalam kehidupan rekan-rekan imam umat dan keluarga yang ditinggalkan.Artinya, kita tidak hanya ingin mengenangkan kematiannya dalam doa dan ekaristi ini, tetapi kita juga mau bertekad untuk menghidupi nilai-nilai dan kebajikan-kebajikan seorang beriman. Perayaan ini tidak hanya diwarnai harapan agar almarhum dibangkitkan, tetapi harus bisa menumbuhkan komitmen baru dalam diri kita yang ditinggalkan. Hanya dengan demikian, kita tidak hanya merayakan kematiannya, tetapi sekaligus merayakan kehidupannya yang baru dalam hidup kita,” kata Mantan Pembina Calon Calon Imam Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret ini.
Hanya dengan demikian, lanjut Romo Martony Tangi, kita tidak hanya mengakui bahwa benih itu memang sudah jatuh ke dalam tanah dan mati, tetapi sekaligus menghasilkan buah berlimpah dalam diri kita dan para anggota keluarga yang ditinggalkan.
Pastor Paroki Lekebai Pimpin Penanaman Salib
Sementara Pastor Paroki Santa Maria Imakulata Lekebai, RD. Julius Heribertus atau yang akrab disapa Romo Okto memimpin acara penanaman salib atau Pa’I Salib di kubur Romo Yakobus Soba di Pemakaman Unio Keuskupan Maumere, Selasa (7/3/2023) sebelum matahari terbit.
Dalam acara Pa’i Salib ini, Romo Okto didampingi Ata Laki Bapak Sabinus melakukan penanaman salib yang diawali ibadat dan acara adat.
Acara Pa’I Salib dihadiri umat dari Paroki Lekebai yang bergerak dari Lekebai pada pukul 04.00 Wita dan umat dari beberapa paroki di Kota Maumere.
Terima Kasih
Ketua Panitia Misa Nara Cruz, Hubertus Moni dalam sambutannya saat misa Nara Cruz di Gereja Lekebai antara lain menyampaikan terima kasih kepada Yang Mulia Uskup Maumere, para imam dan umat yang telah hadir dalam perayaan dimaksud dan telah mendoakan keselamatan jiwa Romo Kobus Soba.
Ucapan terima kasih juga disampaikan Pastor Paroki Santa Maria Imakulata Lekebai, RD. Julius Heribertus.
“Terima kasih banyak atas dukungan doa, moril dan kehadiran kita semua dalam setiap tahapan kegiatan untuk mengenang Romo Kobus Soba,” kata Romo Okto.
Media ini mencatat, acara misa nara cruz di Gereja Lekebai dihadiri ribuan umat. Kor misa ditanggung oleh OMK Paroki Santa Maria Imakulata Lekebai dan kor Stasi Pusat yang dipimpin Ibu Rais dan Ibu Merry.
Diberitakan sebelumnya, ribuan umat Katolik dari Keuskupan Maumere dan Keuskupan Agung Ende mengantar jenazah RD. Yakobus Soba ke liang lahat di Pemakaman Keuskupan Maumere berlokasi di bagian selatan Kantor Puspas, Jalan Mgr, Soegiyopranoto, Kamis (2/3/2023).*
Penulis: Wall Abulat/Editor: Wentho Eliando