LABUAN BAJO,FLORESPOS.net – Kondisi ruas jalan Waning-Kalo-Metang-Simpang Rewas di wilayh Kecamatan Ndoso Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), memprihatinkan. Sebabnya sudah lama ditumbuhi rumput liar, tidak dilalui kendaraan gegara belum diaspal/hotmix.
Jembatan Wae Uwu, penghubung wilayah-wilayah itu pun mubasir. Dampak lanjutannya sejumlah desa setempat terisolir akibat tak digunakannya jembatan dan jalan yang belum diaspal itu selama ini.
Kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mabar bersama DPRD setempat diminta supaya segera mengalokasikan anggaran demi peningkatan jalan Waning-Kalo-Metang-Simpang Rewas yang telah berubah wujud menjadi ruas belukar akibat belum diaspal/hotmix jalur tersebut.
Kepada Florespos.net di Labuan Bajo, Kamis (2/3/2023), anggota DPRD Mabar, Bernadus Ambat, mengatakan, ruas jalan Waning – Kalo – Metang – Simpang Rewas panjangnya sekitar 5-7 kilo meter (km). Dibuka secara swadaya oleh masyarakat setempat puluhan tahun silam dan sudah ditellford.
Namun, kata Ambat, ruas itu tidak cukup cuma ditanami batu/tellford, karena dasarnya karang. Masyarakat membelah karang dengan peralatan munual ketika menggali jalan tersebut. Dengan dasar karang, semestinya langkah lanjutan harus ditaburi aspal atau lebih baik lagi kalau di-hotmix sekalian.
Tetapi faktanya tidak. Masyarakat setempat enggan memanfaatkan ruas itu karena riskan. Kendaraan juga tak mau lewat situ, mungkin beresiko. Sehingga ruas tersebut selama ini menjadi hutan kembali. Badan jalan yang sudah ditellford ditumbuhi rerumputan liar, jadi semak belukar lagi.
Dampak lanjutannya jembatan Wae Uwu yang jadi penghubung 4 desa setempat, yaitu Desa Waning dengan sejumlah anak kampung tiga desa di sebelah timurnya lumpuh total. Anak-anak kampung tersebut antara lain Kampung Kalo Desa Tehong, Kampung Metang Desa Wae Buka serta Kampung Golo Lewe, Kampung Rewas dan Kampung Wahang di Desa Lumut.
Kampung Kalo Desa Tehong, Desa Wae Buka dan Desa Lumut pun menjadi terisolir karena tidak bisa dilalui kendaraan, baik roda 4/6 maupun rodak dua/sepeda motor gegara ruas jalan itu belum diaspal/hotmix.
Khusus jembatan Wae Uwu, belakangan dibangun dengan APBD 2 Mabar 2 tahun anggaran berturut-turut. Jumlah dananya sekitar Rp. 2 miliar. Kasat mata jembatan tersebut masih baik. Tetapi karena tak dimanfaatkan jadinya mubasir, dampak belum diaspal/belum dihotmixnya ruas jalan tersebut.
“Saya orang situ. Saya juga reses baru-baru ini, di Pebruari dua ribu tiga ini di wilayah itu. Saya datang dan lihat sendiri kondisi jalan dan jembatan Wae Uwu. Miris sekali,” Tandas Ambat.
Oleh sebab itu, diminta dengan sangat kepada Pemkab Mabar bersama DPRD Mabar segera alokasikan anggaran untuk aspal/hotmix ruas jalan Waning-Kalo- Metang-Simpang Rewas.
Lanjut Ambat, wilayah itu daerah penghasil komoditi perdagangan, antara lain kopi, cengkeh, fanili, dan cokelat/kakao. Juga sebagai gudang buah-buahan, seperti durian dan lain-lain.
Namun hingga kini masyarakat setempat pergi menjual hasilnya di pasar-pasar setempat, antara lain ke Tentang kota Kecamatan Ndoso, menggunakan kuda dan lainnya. Ada pula yang pikul, jalan kaki 5-7 kilo meter.
“Tuan bayangkan pikul durian. Itu sama seperti pikul batu. Sudah begitu berduri pula. Kita seperti kuda beban. Sakit kan? Sedih,” kata Ambat serius.
Kondisi di atas, tambah Ambat, juga diangkat oleh masyarakat Desa Tehong dan penduduk Desa Wae Buka ketika saya reses di 2 desa tersebut akhir Pebruari 2023 lalu, katanya. *
Penulis: Andre Durung/Editor:Anton Harus