BAJAWA, FLORESPOS.net-Virus African Swine Fever (ASF) kembali mewabah. Warga, terutama yang memelihara dan beternak babi diharapkan waspada dengan penyakit yang belum ada obatnya tersebut.
Di Kabupaten Ngada, Pemerintah Daerah (Pemda) dalam hal ini Bupati Ngada Andreas Paru menyikapi ASF dengan mengeluarkan surat atau pengumuman sebagai langkah pencegahan.
Melalui Pengumuman No: 524.3/ Disnak/43/1/2023, Bupati mengingatkan masyarakat, bahwa Kabupaten Ngada merupakan salah satu wilayah tertular penyakit ASF (Demam Babi Afrika).
Selain itu, memberikan izin terbatas pemasukan dan pengeluaran ternak babi dan produk olahan babi seperti daging beku, se’i/dendeng, roti babi, kerupuk dan produk olahan babi lainnya dari luar wilayah Ngada.
Izin terbatas dimaksud mesti dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH), surat hasil pemeriksaan laboratorium bebas ASF serta rekomendasi/izin pemasukan dan pengeluaran.
Jika ingin memelihara babi disarankan membeli babi atau bibit babi yang berasal dari dalam wilayah Kabupaten Ngada. Segera melapor dokter hewan atau petugas kesehatan hewan setempat kalau babi sakit dan atau mati.
Dilarang mengkonsumsi daging babi sakit dan atau mati, apalagi membagi bagikan (Leis) kepada orang lain untuk mencegah penyebaran penyakit ke daerah lain. Bangkai babi mati tidak dibuang sembarangan tetapi dikuburkan secara baik.
Untuk diketahui, ASF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengan tingkat kematian yang sangat tinggi dan tidak dapat diobati. Babi yang sembuh akan menjadi pembawa penyakit bagi ternak babi lainnya.
Tindakan penanggulangan dan pencegahan yang perlu dilakukan adalah batasi lalu-lintas orang dan hewan lain dalam lingkungan kandang babi. Menjaga kesehatan dan kebersihan ternak babi dengan cara dimandikan dengan campuran sabun/detergen dan air hangat.
Desinfeksi/cuci kandang babi dengan detergen setiap hari atau dengan desinfektan yang tersedia di pasaran seperti rodalon, destan, campuran baycline dan air dengan perbandingan 1:9 sebanyak dua kali dalam seminggu. Pisahkan ternak yang sakit dari ternak yang sehat.*
Penulis: Wim de Rozari / Editor: Wentho Eliando