RUTENG, FLORESPOS.net-Sidang Pastoral Post Natal 2022 Keuskupan Ruteng, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah berakhir, Kamis (12/1/2023) malam.
Penutupan itu berupa misa meriah dan pencanangan Tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan yang Sejahtera, Adil, dan Ekologis (SAE) ditandai pemukulan gong oleh Uskup Mgr. Sipri Hormat.
Data yang diperoleh dari Komsos Puspas Keuskupan Ruteng, Jumat (13/1/2023) siang, rangkaian acara berlangsung di Aula Keuskupan Ruteng di Leda, Kecamatan Langke Rembong. Ketika itu, Uskup Sipri didampingi Vikjen Romo Alfons Segar Pr, para deken, dan para petinggi Keuskupan.
Penutupan sidang itu sendiri ditandai misa konselebrantes dihadiri semua peserta, dan unsur pemerintah.
Dalam misa itu dibacakan rekomendasi sidang pastoral post Natal, yang kemudian diikuti dengan pencanangan Tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan SAE dan promosi Festival Golo Koe di Labuan Bajo tahun ini.
Uskup Sipri dalam pernyataannya menegaskan, pimpinan dan seluruh perangkat pastoral ingin dengan penuh sukacita dan pengharapan terus bergandengan tangan dan berjalan bersama dalam melaksanakan program pastoral Ekonomi Berkelanjutan.
“Hal ini didukung oleh kekayaan alam bumi Congka Saé, kekuatan sumber daya manusia umat Allah Keuskupan Ruteng dan modal sosial (potensi kultural dan sosial),” katanya.
Dikatakan, akhirnya Keuskupan menyerahkan seluruh komitmen untuk mengembangkan pastoral ekonomi SAE di Keuskupan Ruteng ke dalam rahmat kekuatan Kristus dan perlindungan kasih Bunda Maria, Ratu Surga dan bumi (Assumpta Nusantara).
Gereja lokal percaya, Allah Bapa, Sang Pencipta yang telah menciptakan semesta alam dengan baik dan indah akan mencurahkan rahmat-Nya ke Tana Nuca Lalé, sehingga: “Keadilan Bermekaran dan Kemakmuran Berlimpah”.
Sebelumnya, Dosen Unika St. Paulus Ruteng, Romo Marthin Chen Pr, mengatakan, prinsip ekonomi berkelanjutan antara lain bertujuan untuk kesejahteraan umum, martabat pribadi manusia, solidaritas, dan universalitas harta benda.
“Lalu, prinsip mendahulukan orang miskin, subsidiaritas, dan prinsip ekologis. Hanya dengan prinsip-prinsip ini, maka yang diharapkan bisa tercapai, yakni ekonomi yang SAE,” katanya.*
Penulis: Christo Lawudin / Editor: Wentho Eliando