RUTENG, FLORESPOS.net – Salah satu kali besar yang berhulu dalam hutan TWA Ruteng, wilayah Matim, NTT, Wae Kala, tidak berair permanen. Artinya kali besar itu hanya mengalirkan saat hujan saja.
Kondisi kali Wae Kala di Desa Golo Loni, Kecamatan Rana Mese, Matim, .yang membelah jalan Nasional Ruteng-Borong, terpantau wartawan, Rabu (11/1/2023) sore, dipenuhi rerumputan baik di daerah aliran sungai maupun sekitarnya. Hal itu memberi tanda bahwa air jarang mengalir secara permanen pada musim hujan sekalipun.
Tidak adanya air pada kali besar itu mengindikasikan keadaan di dalam hutan TWA Ruteng yang sudah tidak baik? Apakah hutan di kawasan hulu sungai masih baik atau malah sudah gundul? Kalau hutannya masih terjaga, pasokkan air di kali sudah pasti selalu ada seperti dulu-dulu.
Seorang pencinta burung, Herman Jaru mengatakan, kalau cerita orang-orang Desa Golo Loni, dulu Wae Kala mengalirkan air permanen. Kalau musim hujan besar sekali dan musim kering airnya tetap ada walaupun kecil saja.
“Kalau lihat keadaan sekarang, kali ini sudah jarang dialiri air. Lihat rerumputan tumbuh tinggi di dalam dan sekitar kali,” katanya.
Dikatakan, kalau keadaan alamiah kali seperti ini, tentu tidak ada masalah. Tetapi kalau kali kering karena hutan rusak, maka hal ini menjadi pertanda buruk untuk kehidupan di kawasan ini.
Menurutnya, hutan TWA Ruteng ada otoritas yang menjaga dan mengelolanya agar tetap utuh dan jauh dari gangguan perusakkan. Apakah fungsi itu dilaksanakan dengan baik agar hutan tetap terjaga?
Rekannya Haris Sudin mengatakan, di sepanjang jalan mulai dari ujung Kampung Bealaing hingga Golo Loni, ada beberapa kali baik besar atau kecil yang kering. Airnya tidak terlihat mengalir pada pinggir jalan yang dilewati.
“Apakah itu memang kali mati atau kali mati akibat dari tidak terjaganya hutan yang ada sebagai penyanggah, peresap, dan penyimpan air?” katanya. *
Penulis:Christo Lawudin/editor:Anton Harus