LABUAN BAJO, FLORESPOS.net – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat (Mabar), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat mendukung pihak Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Mabar dalam upaya meningkatkan SDM masyarakat setempat terkait UMKM lokal berbasis lingkungan.
Hal itu disampaikan Wakil Bupati (Wabup) Mabar, Yulianus Weng, menanggapi Florespos.net di Labuan Bajo baru-baru ini.
Dalam berbagai kesempatan sebelumnya, Kepala KPH Mabar, Stefanus Nali, mengatakan, di kabupaten itu banyak bahan alam terbuang-buang di alam liar/hutan. Di antaranya biji genitri, Potongan bambu/pering, biji petai raksasa, buah nila yang banyak tumbuh di daerah pesisir (nila nama lokal), daun pisang, air nira yang disadap dari batang enau.
Diterangkan, bahan-bahan alam itu oleh KPH Mabar diolah menjadi uang bersama masyarakat setempat melalui wadah kelompok bentukan KPH.
Biji genitri disulap jadi kalung atau gelang. Potongan bambu ukuran jengkal atau siku dibuat menjadi stoples atau termos. Ranting bambu diolah jadi pipet/sedotan. Daun pisang jadi pengawet kopi tepung. Daun enau disulap jadi pembungkus gula-gula/manisan batangan mini sari nira. Batang jati atau kayu keras lain selebar/sepanjang telapak tangan jadi asbak rokok. Buah Nila jadi topi, dan lain sebagainya.
“Semua berbahan alam lokal Mabar dan ramah lingkungan. Masyarakat sejahtera, hutan lestari. Diharapkan kelompok-kelompok UMKM yang kita bina maju terus,” ungkap Stef, sapaan akrab Stefanus Nali.
Ditambahkn, KPH Mabar juga selama ini membinah sejumlh kelompok masyarakat usaha madu hutan. Juga kelompok wisata alam, di antaranya di pusat kuliner Wae Bobok dan Sano Limbung, semua di Kecamatan Boleng-Mabar, kata Stef.
Menurut Wabup Weng, apa yang dilakukan KPH Mabar luar biasa. UMKM hidup, hutan pun lestari, karena kasus rambah hutan ditekan, mereka “terbius” dalam UMKM.
Produk-produk UMKM yang kelompok masyarakat hasilkan serba bahan alam, non plastik, berarti ramah lingkungan.
“Kita Pemkab Mabar sangat mendukung yang dilakukan KPH. Mereka inovatif/kratif sekali,” ujar Wabup Weng.
Kalau ada pipet/sedotan dari ranting bambu atau bahan alam lain, masih Wabup Weng, Pemkab Mabar pasti ambil. Semua hotal, restoran dan usaha sejenis lain di Mabar sebaiknya menggunakan pipet alam lokal made in KPH Mabar, tutup Wabup yang eks Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai itu. *
Penulis: Andre Durung/Editor: Anton Harus